Surga dan Neraka
Ketika ada diantara kita yang membicarakan masalah surga dan neraka. Kira kira apa yang ada di benak kita ? Kita teruskan atau kita sudahi saja alias berhenti bicara ? Kenyataannya jika ada beberapa orang yang bergerombol, pembicaran ini memancing beberapa reaksi. Reaksi-reaksi tersebut sangat tergantung pada “siapa” yang sedang bergerombol tersebut.
Reaksi yang pertama adalah seseorang yang bilang, “ Alaah,..kayak sudah tahu neraka dan surga aja kamu, ngomong liyane po`o, kayak kyai aja”.
Seseorang yang bereaksi seperti ini ada beberapa kemungkinan juga, mungkin orang ini adalah orang yang sama sekali tidak tertarik dengan apa yang namanya itu Surga dan apa itu yang namanya neraka. Tidak sedikit orang yang sepaham dengan seseorang ini. Mereka tidak perduli terhadap surga dan neraka. Orang seperti ini mempunyai prinsip : “Hidup adalah hidup. Tidak perlu dibebani dengan sesuatu yang belum jelas adanya. Cuek bebek,.. mau apa saja jadilah. Hidup ini tidak lama. Tidak perlu bersusah-susah dengan memikirkan hal-hal yang tidak nampak dimata kita.” Lalu dengan bersemangat orang tersebut menambahkan komentarnya :
“Pembicaraan mengenai surga dan neraka hanya akan membuat hidup menjadi pasif dan statis. Tidak ada perkembangan. Dari pagi hingga sore yang dibahas hanya surga saja. Nggak ada habisnya. Sepertinya tidak ada pembicaraan dengan topik yang lain. Di ulang-ulang terus. Kalau nggak surga ya neraka. Kalau nggak keduanya larinya ke Iman. Kalau bukan Iman paling-paling ya amal shalih. Monoton. Dari hari kehari itu,..itu aja,....padahal belum tentu kebenarannya,... Bosan !”
Pada akhirnya sampai juga pada kata kata yang paling menakutkan bagi kita yang meng-iman-i akhirat. Yaitu ketidakyakinan seseorang akan kebenaran kehidupan akhirat. Termasuk adanya surga dan neraka.
Kemungkinan yang lain atau reaksi yang kedua adalah seseorang yang menyela pembicaraan tersebut adalah orang yang mempunyai sedikit Ilmu tapi hendak menyombongkan diri di hadapan orang lain dengan komentarnya :
“Olah opo koên ngomong ngono iku. Wis nglonthok tah ilmu-mu kok wis wani ngomongno surgo ambek neroko. Aku ae sing wis mondhok pirang-pirangane tahun gak wani ngomongno surgo ambek neroko. Koen sing gak ngerti alip bengkong kok wani-wani ngrambah akhirat”.
Allah yaa Karim,... orang seperti ini benar ada diantara kita !
Dengan ilmu yang dimiliki, yang bagi dirinya sendiri saja masih belum berimbas pada Ke-iman-an, dia berusaha untuk mempengaruhi orang lain agar tidak usah berbicara masalah surga dan neraka. Orang-orang seperti ini sangat berbahaya buat kita. Mereka kadang menggunakan persepsi-persepsi pribadi untuk melemahkan keyakinan seseorang.
Harus di akui juga orang seperti ini biasanya aktif dan pandai bicara. Dan keyakinan yang tidak terbangun kemungkinan besar akibat pengaruh orang lain. Kemungkinannya adalah dia berguru kepada kepada seorang yang mempunyai Ilmu tertentu yang tidak berlandaskan pada Al Qur`an dan Al Hadist. Kemudian hatinya menjadi ragu kepada pada agama tauhid ini dan akhirnya condong kepada keyakinan sang Guru. Yang seperti ini sering terjadi.
Dengan berbagai keringanan dalam syarat dan amal atau perbuatan yang harus dilakukan, tidak sedikit mereka yang masih muda atau sudah berumur terbius untuk mengikuti kelompok orang-orang seperti ini. Mereka membentuk komunitas dan mengadakan pertemuan rutin secara berkala. Secara perlahan kegiatan mereka ini semakin ke permukaan atau berani secara terang-terangan dalam menjalankan ritualnya. Dan jika reaksi masyarakat sekitar mulai dirasakan tidak bersahabat, mereka akan menyelam kembali alias menurunkan suhu dengan berhenti kegiatan untuk sementara waktu.
Reaksi yang ketiga adalah salah satu diantara orang yang bergerombol itu berusaha untuk ingin tahu lebih lanjut karena dia merasa kurang memahami apa sebenarnya kehidupan akhirat itu. Dengan serius orang tersebut bertanya kepada teman yang tadi bercerita tentang surga dan neraka.
“Jan-jane akhirat iku bener ono opo ora sih ? Terus ono ngendi sakbenere surgo lan neroko iku ? Lha , awak dhewe iki mengko manggon nyang ndi ? Ning Surgo opo Neroko ?
Pertanyaan ini terlontar karena ketidaktahuan akan “Ilmu” agama. Dan biasanya yang melontarkan pertanyaan seperti ini adalah seseorang yang “lugu” atau jujur dan apa adanya. Sehingga dengan tidak malu-malu dia menanyakan tentang kebenaran akhirat dengan surga dan nerakanya. Serta semua hal yang masih berkaitan dengan keduanya.
Orang-orang dengan karakter seperti ini adalah sebuah hidangan buat orang yang lainnya. Baik orang yang berpikiran “kanan” maupun orang yang berpikiran “kiri”. Jika salah satu diantara orang yang bergerombol pada saat itu ada yang memberikan jawaban, tentu jawabannya sangat-sangat subyektif dengan kekuatan keyakinan masing-masing. Dan setiap jawaban akan mengundang reaksi dari orang yang lain. Setiap diri akan bertahan untuk mempertahankan keyakinannya dan berusaha untuk mendapat simpati dari si penanya tadi. Bukan tidak mungkin suasana akan hangat menuju ke panas.
Jika suasana panas tidak di kehendaki terjadi dalam gerombolan tersebut, maka pembicaraan akan di alihkan ke topik yang lain. Dan membiarkan si “lugu” menyimpan keingintahuan serta tetap berada dalam keraguan tentang akhirat. Menunggu kesempatan yang lain untuk kembali menanyakan pada saat yang lebih tepat.
Reaksi yang ke empat adalah seseorang yang diam dan mendengarkan secara serius ucapan temannya sambil sesekali menganggukkan kepalanya tanda setuju. Dan orang ini tidak membei satu komentarpun tentang pembicaraan yang sedang berlangsung. Pembawaanya begitu tenang dan sejuk. Senyum selalu terhias di wajahnya. Seseorang dengan pembawaan seperti itu justru meninggalkan beberapa pertanyaan di benak kita. Kalau kita mengenalnya dengan baik pasti kita bisa menemukan semua jawaban atas keraguan kita. Tetapi kalau tidak, bisa timbul pertanyaan “Jangan-jangan orang ini,..........” kok dari tadi cuma senyum-senyum terus. Atau mungkin orang ini sudah tahu semua jawaban dari pertanyaan tentang akhirat dan surga dan nerakanya. Mungkin saja.
Karena tanpa kita sadari sebenarnya banyak pula orang-orang berilmu berada di sekitar kita. Luasnya media informasi yang ada saat ini mau atau tidak mau akan lebih banyak menghasilkan manusia-manusia yang “capable” dalam bidangnya masing-masing. Tak terkecuali juga dalam bidang Agama atau ketauhidan. Kemauan belajar yang tinggi didukung dengan banyaknya buku yang beredar menyebabkan naiknya “Interested” individu di masyarakat dalam bidang ketauhidan.
Efek dari pada situasi dan kondisi semacam ini adalah, semakin banyak orang berilmu bukan dari produk pesantren. Tetapi dari kemauan yang kuat dan tersedianya sarana baca dan minat untuk meneliti tentang kebenaran yang hakiki tentang kehidupan dunia dan akhirat. Pada akhirnya akan muncul dari individu-individu tersebut “interested” untuk memperdalam ilmu agama di ekosistem dan komunitas yang sebenarnya, yaitu pondok pesantren atau lingkungan pendidikan formal dlam bidang agama.
Benarkah keberadaan akhirat dengan surga dan nerakanya ?
Bagaimana menjelaskannya ? Bagaimana pula meyakinkannya ? Diantara kita dan semua manusia yang ada, tidak ada yang pernah berkunjung kesana. Kecuali Rasulullah saw dalam peristiwa Israa` dan Mi`raj. Jika kita meminta saksi hidup dalam pembuktian akhirat ini tentu kita tidak akan pernah bisa mendapatkannya !
Sekarang begini saja. Dari buki-bukti alam dan seluruh apa yang ada di dalamnya serta seluruh aktivitas penghuninya. Kita sama-sama meyakini kalau Pencipta dan Pengatur dari semua itu, yaitu Allah yang Maha Kuasa itu benar adanya. Dan kita yakin juga kan kalau Nabi Muhammad itu Utusan Allah swt ? Nah marilah kita bangun kembali apa yang hilang dalam kepala dan hati kita. Manusia bisa berkata atau berbicara. Yakinlah bahwa Allah itu berfirman ! Yang hanya bisa diterima oleh seorang manusia pilihan Allah melalui media “Wahyu” yang di sampaikan oleh seorang Malaikat. Dia adalah Malaikat Jibril.
Sekumpulan firman yang di terima Rasulullah saw itu terabadikan dalam bentuk sebuah Kitab, yaitu Al Qur`an. Kitabullah ini mutlak harus kita yakini kebenarannya. Jika tidak,......maka keyakinan atau keimanan kita kepada Allah sebagai dzat mutlak sebagai pencipta dan penguasa langit dan bumi ini harus di rekonstuksi ulang. Harus dibangun kembali untuk meyakinkan ke-enam keyakinan yang tidak bisa terlepas satu sama lainnya. Melepaskan satu diantara 6 (enam) Iman adalah kufur atau ingkar atau bisa juga disebut kafir sindiq.
QS. Yaasiin : 36.
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ﴿٣٦﴾
“Subhaanal ladzii khalaqal azwaaja kullahaa mimmaa tunbitul ardhu wa min anfusihim wa mimma laa ya`lamuuna”
”Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
QS. Adz Dzariyaat : 49
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴿٤٩﴾
“Wa min kulli syai`in khalaqnaa zaujaini la`allakum tadzakkaruuna”
”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
Dua ayat di atas memberi penjelasan kepada kita bahwa segala sesuatu diciptakan berpasangan. Baik apa yang bisa “terlihat” oleh mata kita maupun yang “tak terlihat” oleh mata kita. Cobalah perhatikan. Laki-laki dan perempuan, siang dan malam, langit dan bumi, hitam dan putih, baik dan buruk, negatif dan positif semuanya berpasangan. Buah pun juga diciptakan berpasangan, dalam surat Ar Ra`d ayat 3, dari bunga jantan dan bunga betina. Buah salakpun tidak akan berbuah bagus kalau tidak dibantu perkawinannya oleh manusia. Manusia dan binatang diciptakan berpasangan dalam surat Asy Syuura ayat 11. Manusia diciptakan berpasangan pada surat Az Zukhruf ayat 12; An Najm ayat 45; An Naba ayat 8.
Lantas apakah kita akan percaya kalau dunia itu berdiri sendiri ? Tidak ada pasangannya ? Sudah tentu akal dan hati kita tidak akan percaya. Suatu ciptaan tidak akan bisa berguna tanpa ada pasangannya. Maka dari itu keberadaan Akhirat dan segala sesuatunya adalah Haq atau benar belaka ! Jika kita sudah yakin, bahwa semua yang terlihat dan yang tak terlihat diciptakan berpasangan maka, Dunia ini juga pasti ada pasangannya, yang tidak lain adalah akhirat. Jika kita tidak yakin akan adanya akhirat, berarti keyakinan kita terhadap Allah sangatlah lemah yang justru lebih cenderung ke ingkar. Sekali lagi, jika kita tidak bisa meyakini kebenaran akhirat, kita tidak akan pernah juga untuk bisa meyakini tentang kebenaran surga dan neraka yang ada di dalamnya.
Keberadaan akhrat adalah benar dan pasti.
Tidak ada yang bisa membelokkan sebuah keyakinan tenang kebenaran Akhirat dan yang ada di dalamnya, kecuali orang yang mengingkari firman-firman Allah yang telah memberi penjelasan mengenai ketiganya. Dan tidak ada juga yang bisa membelokkan keyakinan kita tentang hukuman bagi orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah berupa calon penghuni Neraka Jahanam kecuali orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah sebagai Tuhan Semesta Alam.
Tidak ada manusia di dunia ini yang memberikan gambaran tentang kebenaran surga dan neraka, kecuali manusia yang pernah di dekatkan dan di perlihatkan kepadanya keadaan surga dan neraka yang sebenarnya. Kebanyakan manusia tidak pernah mempercayai manusia yang lain dalam hal yang berkaitan dengan sesuatu yang membutuhkan kemampuan di luar kekuatan manusia. Kata “bohong” sangat akrab dengan hal-hal seperti ini.
Dalam sejarah, pembuktian Rasulullah saw tentang kebenaran peristiwa Israa` dan Mi`raj yang telah dilakukannya mendapatkan banyak pertentangan dari sebagian penduduk mekkah bahkan sebagian mereka yang sudah muslim lalu berbalik murtad. Bahkan setelah kejadian tersebut banyak kabilah yang memusuhi beliau dan mengucilkan dari lingkungannya sendiri. Tetapi diantara Nabi masih ada para sahabat-sahabat yang setia dan meyakini bahwa Israa` dan Mi`raj adalah benar adanya.
Demikian juga kebenaran akhirat dengan surga dan nerakanya, mereka yang merasa mengaku beriman pasti juga meyakini semua yang telah di informasikan melalui Al Qur`an. Bahkan mereka yang tidak mampu untuk berfikir secara akal memilih untuk bertaklid buta. Bahwa surga dan neraka di alam akhirat adalah benar dan pasti bagi manusia.
Sebuah balasan yang sangat adil bagi manusia.
Surga adalah sebuah “iming-iming”. Sebuah “hadiah”. Sebuah “balasan” atas “jerih payah”. Surga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin di dapat. Surga adalah kemungkinan yang sangat besar bagi manusia. Dan surga adalah sesuatu yang Haq atau benar adanya bagi manusia yang bisa merenung tentang keberadaan dirinya di dunia. Benar dan pasti bagi manusia yang bisa memenuhi segala apa yang diperintahkanNya dan menghindari semua apa yang telah di larangNya.
Lantas dimanakah surga itu dan kapankah waktunya ?
Surga ada di telapak kaki ibu adalah sebuah ungkapan, betapa pentingnya kedudukan seorang ibu setelah pentingnya sebuah ketauhidan kepada Allah swt. lantas dimanakah surga ? Di akhirat ! Allah menjelaskan kepada manusia, bahwa di bumi kita dihidupkan dan di bumi pula kita dimatikan dan di bumi ini pula kita akan dibangkitkan pada kali yang lain. Yaitu pada periode akhirat. Suatu periode kehidupan dimana apa yang akan terjadi sama sekali berbeda dengan apa yang dialami oleh manusia selama di dunia.
Kapan waktunya ? Kelak, setelah akhir periode dunia. Dan setelah masing-masing diri kita telah melalui sebuah proses, yaitu Hisab atau perhitungan amal baik dan buruk sewaktu masih hidup di dunia. Berapa lama lagi kira-kira ? Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa memastikan kapan datangnya hari penghitungan amal perbuatan itu. Hanya Allah yang mengetahuinya. Rasulullah saw sendiri menyebutkan dengan beberapa tanda-tanda tentang dekatnya hari penghisaban itu kepada kita.
Marilah kita mencoba lagi sedikit untuk berfikir lebih sederhana tentang kapan hari penghisaban itu. Dengan kenyataan yang ada dan dengan informasi yang ada dalam Al qur`an.
Hidup manusia di bumi ini menggunakan hitungan berdasarkan peredaran bulan dan matahari. Sebagian dari penduduk bumi menggunakan perhitungan tahunnya dengan peredaran bulan yang mengitari bumi dan sebagian lagi menggunakan peredaran bumi yang mengitari matahari dan membaginya dengan perpindahan posisi bumi terhadap matahari yang terjadi tiap 3 bulan. Tiga posisi yang terjadi adalah garis equator atau garis khatulistiwa, garis lintang utara dan garis lintang selatan.
Bumi berevolusi terhadap matahari yang waktunya diasumsikan 1 tahun. Dan ini berlaku untuk semua penduduk bumi. Tak terkecuali manusia. Diperkirkan umur manusia rata-rata sekitar 70 tahun. Jika kita saat ini berumur sekitar 50 tahun. Kira-kira hari penghisaban itu berapa lama lagi ?
Kita harus mencari informasi lebih dulu seberapa lama kita berada di alam kubur setelah kita mati. Coba kita perhatikan beberapa ayat berikut ini.
QS. Al Israa` : 52.
يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا﴿٥٢﴾
“Yauma yad`uukum fatastajibuuna bihamdihi wa tazhunnuuna in labitstum illa qaliilan”
”yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.”
QS. Ar Ruum “ 55.
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ ۚ كَذَٰلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ﴿٥٥﴾
”Wa yaumaa taquumus saa`atu yuqsimul mujrimuuna maa labitsuu ghaira saa`atin, kadzaalika kanuu yu`fakuuna”.
”Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).”
Kedua ayat diatas menginformasikan mengenai sumpah atau kesaksian mereka yang ada di dalam kubur bahwa mereka beada di dalamnya tidak lama. Hanya “sebentar” atau “tidak lama”. Lho kok bisa begitu ? Ada apa dengan mereka ?
Mereka merasakan perbedaan waktu yang sangat ekstrim di tempat saat itu dengan saat hidupnya di bumi atau dunia. Sehingga diantara yang dibangkitkan itu juga mengira-ngira lama hidupnya di dunia yang menurut mereka hanya sekitar 10 hari atau 1 hari atau bahkan cuma sebentar saja. Bahkan waktu yang hanya sebentar itu di asumsikan seperti waktu kita berkenalan dengan seseorang di siang saja.
Dengan demikian bisa pula kita berkesimpulan bahwa dari alam lain akan terlihat bahwa bumi itu berputar begitu cepatnya. Sehingga waktu yang sekitar 70 tahun hanya terasa cuma sebentar saja. Bisa juga dikatakan bahwa setelah kita mengalami kematian, tiba-tiba saja kita langsung dibangunkan dengan suara tiupan sangkakala dari malaikat Israfil. Berarti, bisa nggak di katakan kalau sesaat setelah kita mati, tiba-tiba terdengar terompet sangkakala itu ?
Seberapun lamanya kita “tidur” di alam kubur menurut ukuran dunia, kita tidak akan pernah bisa merasakan “cepat” atau “lama” tersebut. Sesuatu yang sudah pasti adalah kelak kita akan merasakan dan membuktikan kalau hidup di dunia yang kita rasakan begitu lama ini ternyata begitu cepatnya atau sebentar atau sesaat saja jika dirasakan dari alam lain tersebut. Dan “tidur” kita di alam kubur juga begitu terasa “sesaat” saja.
Maka dari itu kita tidak usah memperkirakan kapan kejadian “Kiamat”. Tinggal kita hitung kira-kira berapa sisa umur kita, itulah waktu kita untuk segera bisa mendengarkan tiupan sangkakala dari Malaikat israfil. Jika kita memperkirakan umur kita 63 tahun dan sekarang kita sudah 43 tahun, maka tunggu saja sampai dua puluh tahun lagi. Anda akan segera menghadapinya. Dan kita akan segera untuk menjalani kehidupan baru kita di alam yang sama sekali baru dan asing buat kita.
Fakta tentang kebenaran akhirat itu bisa di jangkau dengan akal. Kalau kita mau berfikir tentang dunia dan manfaatnya pasti juga akan terlintas tentang akhirat. Karena keduanya merupakan pasangan. Sedangkan gambaran tentang surga dan neraka juga di informasikan dalam Al Qur`an dan banyak juga di riwayatkan dalam hadist. Jika kita beriman kepada kitabullah tentu iman kita terhadap akhirat akan lebih cepat terbangun. Dan bila kita sudah yakin akan kehidupan akhirat, pasti kita juga yakin akan surga dan neraka. Jika kita sudah yakin akan benarnya surga dan neraka, kita juga perlu untuk tahu ada apa diantara keduanya .
Ada apa antara surga dan neraka ?
Kira-kira ada apa ya diantara surga dan neraka ? Yang jelas untuk saat ini kita hanya bisa mengetahui kalau diantara surga dan neraka itu ada beberapa permasalahan. Diantara masalah-masalah tersebut adalah :
1.Keraguan : Dimana antara manusia yang satu dengan manusia yang lain ada perbedaan tentang kualitas keimanan. Perbedaan kualitas keimanan ini menyebabkan ada sebagian manusia begitu ragu dengan keberadaan akhirat dan apa yang di dalamnya. Sehingga manusia tersebut hidupnya selalu terombang-ambing antara harus menerima keyakinan atau membuang keyakinan tersebut. Hal ini justru menimbulkan kecemasan dalam diri manusia itu sendiri tentang akhir dari kehidupannya.
2.Keyakinan : Dimana sebagian manusia selalu berusaha untuk memahami semua apa yang ada pada kehidupan ini dan memperoleh satu kesimpulan bahwa Allah dan segala kehendaknya adalah benar belaka. Sehingga seorang manusia akan selalu berusaha untuk berbuat sesuai dengan tuntunan dari keyakinan yang telah terpatri kuat dalam hatinya.
3.Rasa Pesimis : Dimana kekhawatiran ini terbangun karena lemahnya keyakinan. Sehingga di akhir-akhir kehidupannya seseorang akan berada di puncak kecemasan dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi pada dirinya kelak. Perasaan cemas dan takut ini biasanya akan berujung pada pengakuan atas ketidak berdayaan dirinya atas suatu dzat Yang Maha Mulia Pengakuan yang terlambat tersebut justru tidak bisa menghasikan apa-apa untuk dirinya, karena ketertinggalan oleh perilaku ibadah dalam perbuatan yang hampir tidak dapat di pisahkan dengan keyakinan yaitu Amal yang shalih.
4.Rasa Optimis : Dimana perasaan seseorang yang telah diliputi oleh janji-janji Allah dalam Al Qur`an tentang akhir dari sebuah kehidupan dunia dan awal dari sebuah kehidupan selanjutnya. Perasaan seperti ini terbangun karena keyakinan dan kepercayaan diri yang sangat kuat. akan adanya pahala atau balasan dalam setiap perbuatan yang akan di terima oleh setiap manusia yang telah menggunakan seluruh fasilitas kehidupan yang diberikan oleh Allah swt, sang Penguasa yang sebenarnya.
Manusia dengan perasaanya tentang Surga dan Neraka itulah yang saat ini berada di antara keduanya. Atau diantara keduanya sedang berkumpul ahli-ahli Neraka dan Ahli-ahli Surga. Yang sama-sama menunggunya. Menunggu dengan harap-harap cemas. Dan yang masuk ke Neraka jelas jauh lebih banyak dari pada yang akan masuk surga. Karena Allah sudah berfirman akan memenuhi Neraka Jahaman dengan banyak Jin dan Manusia.
Sekian
Jumat, 26 Maret 2010
Antara Surga dan Neraka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar