Senin, 01 Maret 2010

Syukur dan manifestasinya

Syukur dan manifestasinya.

Apa sih syukur itu ? Sebagian besar dari kita jika terlintas kata “syukur” biasanya langsung juga teringat kata Alhamdulillah ! Karena sudah kebiasaan yang mendarah daging kalau seseorang mendapatkan sesuatu yang bisa memberikan rasa senang, gembira dan puas, hampir pasti dia akan mengatakan, Syukur Alhamdulillah ! Gabungan dua kata itu bukanlah kata yang tidak bermakna, sejujurnyalah banyak dari kita yang mengingat Allah hanya pada saat-saat kita menerima rasa nikmat, baik itu nikmat lahir maupun batin. Dan itupun masih masih sebatas pada lisan saja. Jauh dari manifestasi syukur yang sebenarnya.

Seandainya kata itu tidak menjadi kebiasaan atau kalau menurut orang jawa “sego jangan”. Maksudnya “nasi sama sayur” yang bisa diartikan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, mungkin banyak juga dari kita yang tidak “terlintasi” Tuhan. Juga pada saat kita dalam keadaan kesusahan yang sudah sedemikian rupa barulah kita mau mendekat kepada Tuhan, untuk kemudian melupakannya lagi seiring dengan bertambahnya nikmat hidup.

Karena apa ? Karena kita hanya mau mengakui “Tuhan” hanya pada saat saat tertentu saja, terutama pada saat-saat 'Tuhan” memberikan kepada kita nikmatNya. Tetapi kebanyakan dari kita melupakan “Tuhan” seiring dengan semakin bertambah atau menipisnya nikmat-nikmat tersebut. Dan pada saat-saat kita “kehabisan” nikmat materi barulah kita berpikir tentang “Tuhan” yang sebenarnya. Barulah kita menyadari kalau ada dan tiadanya materi kehidupan tidak terlepas dari “Penguasa “ yang sebenarnya. Yaitu Allah swt.

Lantas, apa sih arti dan makna syukur yang sebenarnya ?

Syukur adalah ungkapan terima kasih atas segala “rasa” yang bisa memberikan kepada kita perasaan senang, gembira atau rasa puas secara lahiriah. Yang bisa dinikmati, baik disaat ini maupun disaat-saat yang akan datang. Ada juga yang mengartikan, ungkapan rasa terima kasih atas segala anugerah atau rahmat yang telah di limpahkan kepada kita oleh Allah swt. baik berupa nikmat material ataupun nikmat non material atau yang biasa kita sebut nikmat jasmani dan nikmat ruhani.

Kenapa kita harus bersyukur ?

Mari kita coba menelaah. Dunia ini adalah sesuatu yang nyata. Nyata bagi kita, nyata bagi mata kita, nyata bagi telinga kita, nyata bagi hidung kita, nyata bagi lidah kita, dan nyata juga bagi kulit kita. Untuk dunia, kelahiran manusia disertai “rasa” oleh Allah, yang setiap harinya kita biasa menyebut dengan indera. Secara lahiriah indera yang selalu kita gunakan ada lima seperti yang tersebut diatas, yiatu : Mata. Telinga, Kulit, Hidung (bau) dan Lidah.

Bisakah kita membayangkan, seandainya kita hidup tanpa bisa merasakan apa yang ada pada kehidupan itu sendiri. Hambar, bahkan kita bisa menganggap diri kita ini sudah mati sebelum ajal datang menjemput. Bisa juga dianggap sebagai mayat yang masih “hidup”. Bahkan saya yakin kalau ada manusia yang mati “rasa” kemungkinan besar dia ingin sampai pada “mati”yang sebenarnya.

Kelima indera itupun haruslah bisa berfungsi secara normal, kalau tidak berarti ada yang pincang “rasa” kita. Berarti kita bukan termasuk orang yang sehat, bahkan bisa dikatakan termasuk orang yang menderita. Tetapi tidak bisa di katakan sebagai orang yang tidak mendapatkan nikmat dari Allah. Tidak ada manusia yang merasa dirinya masih hidup tidak mendapatkan karunia nikmat dari Allah. Setiap manusia yang hidup itu bergelimang nikmat dari Allah. Hanya sebagian besar manusia itu tidak mengetahui atau lebih tepatnya tidak mau tahu !

QS. An Nahl : 78.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴿٧٨﴾
”Wallahu akhrajakum min buthuuni `ummahaatikum laa ta`lamuuna syai`an wa ja`ala lakumu sam`a wal abshaara wal af`idata, la`allakum tasykuruuna”

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

QS. An Naml : 73.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾
”Wa inna rabbaka ladzuu fadhlin `alaannasi wa lakinna `aktsarahum laa yasykuruuna”

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).”

Mari teliti beberapa contoh berikut :
Jika kita kehilangan salah satu indera kita pastilah kita sangat menderita, itu masih salah satu, kalau lebih dari satu ? Apalagi ! Akan semakin menderita ! sepertinya hidup segan mati tak mau. Itu baru yang berkaitan dengan “rasa”. Bagaimana seandainya kita kehilangan salah satu anggota tubuh kita ? Misal, tangan atau kaki kita ? Atau kita terlahir dalam keadaan cacat ? Bagaimanakah “rasa” hidup kita ?

Juga mengenai ada atau tidaknya penunjang hidup kita, misal kalau tidak ada pekerjaan atau penghasilan ? kalau tidak ada yang kita makan ? Nggak ada tempat tinggal ? Nggak ada sanak saudara atau kerabat ? Nggak ada sarana untuk kehidupan ? Pasti kita akan merasa tidak bahagia, sedih yang berkepanjangan, putus asa bahkan mungkin akan ada penyesalan mengapa kita dilahirkan ke dunia !

Itu hanya sebagian contoh saja. Yang jelas, kenikmatan hidup ini banyak yang melekat pada diri kita, tergantung kita sendiri bisa memahami tentang kenikmatan itu atau tidak ? Jika kita merasa selalu dalam kekurangan dalam kehidupan ini berarti kita termasuk dalam manusia yang tidak bisa menggunakan anugerah yang sangat besar sekali yang di berikan oleh Allah kepada kita berupa “akal”.

Akal merupakan anugerah nikmat yang sangat besar dan tinggi sekali nilainya yang di berikan oleh Allah kepada kita. Akal bisa membuat suatu kenikmatan menjadi lebih nikmat lagi atau berlipat ganda. Dan akal juga bisa untuk di gunakan memahami apa saja yang ada di alam ini untuk lebih mengetahui rahasia tentang kehidupan. Dan dari akal juga manusia bisa memahami tentang sesuatu dan untuk apa sesuatu itu akan berguna untuk dirinya.

Akal juga yang membuat perbedaan yang hakiki antara manusia dengan makhluk yang lain. Yang menyebabkan manusia di katakan sebagai makhluk atau ciptaan yang sempurna. Sehingga manusia pantas untuk memiliki predikat sebagai khalifatul ardh atau pemimpin di muka bumi.

Lantas kapan kita mesti bersyukur ? Kepada siapa kita mesti bersyukur, dan dimana kita harus bersyukur ? Jawabnya adalah kapan saja, dimana saja kita harus bersyukur. Kepada siapa ? Tidak ada lain lagi kecuali kepada Allah swt, sang pencipta Alam semesta beserta segala apa yang ada di dalamnya termasuk manusia dan makhluk lain yang bisa kita lihat dengan mata kita dan yang tidak bisa kita lihat dengan mata kita, sang penguasa alam semesta, yang mempunyai asma`ul husna.

Bagaimanakah kita harus bersyukur ?

Perwujudan rasa syukur manusia kepada Allah swt. adalah penyerahan diri sepenuhnya kehadapan Allah swt. dalam arti tunduk dan patuh terhadap semua yang diperintahkan dan di larang, atau ketaatan secara total dalam memahami dan menjalankan semua apa yang di perintahkan dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk meninggalkan semua apa yang di larangNya.

Perintah Allah itu meliputi Iman dan Islam. Iman meliputi kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari akhir/berbangkit dan Takdir Allah. Sedangkan Islam adalah membaca dua kalimat syahadat, menjalankan perintah shalat, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat sesuai ketentuan dan pergi haji jika mempunyai kemampuan.

Jika di uraikan lagi adalah, selalu mengingat Allah dalam situasi dan kondisi apapun, selalu meneliti dan memahami ayat-ayat Allah baik ayat-ayat qauliyah yang ada di dalam Al qur`an maupun ayat-ayat kauniyah yang ada alam sekitar kita. Untuk lebih mempertebal keyakinan atau Iman kita. Menjalankan perintah shalat lima waktu beserta shalat-shalat sunnah yang mengikutinya. Menafkahkan harta yang telah dianugerahkan Allah kepada kita kepada yang berhak atau sesuai dengan yang di tuntunkan di beberapa ayat, misal di ayat 177 surah Al Baqarah. Dan selalu berbuat kebaikan dan tidak berbuat kerusakan terhadap alam sekitar kita.

Jika di ringkas lagi, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa dengan berlandasan Iman dan tauhid untuk menjadikan diri kita manusia yang bertakwa.

Sudahkah kita bersyukur ?
Kalau sudah, seberapa banyak kesyukuran kita ? Kita coba simak beberapa ayat di bawah ini.

QS. Ibrahim : 34.
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ﴿٣٤﴾
“Wa ataakum min kulli maa sa`altumuuhu, wa in ta`udduu ni`matallahi laa tuhshuuhaa, innal insaana lazhaluumun kaffaaruun”
”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

QS. An Nahl : 83.
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ﴿٨٣﴾
“Ya`rifuuna ni`matallahi tsumma yunkiruunahaa. Wa aktsaru humul kaafiruuna”
”Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.”

QS. An Naml : 73.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾
“Wa inna rabbaka ladzuu fadhlin alaannasi wa lakinna aktsarahum laa yasykuruuna”
”Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).”

QS. Al Hajj : 66.
وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ﴿٦٦﴾
“Wa huwaladzii `ahyaakum tsumma yumiitukum tsumma yuhyiikum, innal insaana lakafuurun”
”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.”

Dari beberapa ayat itu Allah swt mengatakan bahwa manusia itu kebanyakan mengingkari nikmat, tidak mensyukuri, begitu banyak nikmat yang telah di berikan kepadanya, lupa, lalai terhadap Allah yang telah memberikan semua yang telah diambil dan di gunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kalaupun kita mengatakan saya sudah bersyukur mari kita perhatikan beberapa ayat di bawah ini.

QS. As Sajdah : 9.

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿٩﴾
“Tsumma sawwaahu wa nafakha fiihi min ruuhihi, waja`ala lakumus sam`a wal abshaara wal `af`idata, qaliilan maa tasykuruuna”
”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

QS. Al Mu`minuun : 78.
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿٧٨﴾
“Wa huwalladzii `ansya`a lakumus sam`a wal abshaara wal af`idata, qalilan maa tasykuruuna”
”Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”

QS. Al A`raaf : 10.
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿١٠﴾
“Wa laqad makkannaakum fiil ardhi wa ja`alnaa lakum fiihaa ma`aayisya, qalilan maa tasykuruuna”
”Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”

Di tiga ayat itu Allah mengatakan bahwa manusia itu sedikit sekali syukurnya, walaupun sudah begitu banyak yang telah di terima dari Allah berupa ruh yang menyebabkan hidup, pendengaran, penglihatan, dan hati untuk mempertimbangkan dan memahami serta untuk merasakan senang atau rasa gembira. Dan segala fasilitas kehidupan berupa sumber makanan dan tempat tinggal serta jalan-jalan untuk menuju ke suatu tempat. Tapi tetap saja ungkapan rasa syukurnya cuma sedikit. Hanya sebatas lisan dan sekedar beribadah saja.

Ini penggambaran terhadap diri kita yang dalam menjalankan perintah-perintah Allah suka bermalas-malasan kadang shalat kadang tidak, bahkan banyak tidaknya, kalaupun shalat hanya untuk mengugurkan kewajiban saja, “poko`e shalat”, puasa ya di awal dan di akhir saja, shalat tarawih maksimal sampai hari ke sepuluh saja, merasa berat kalau mendermakan hartanya di jalan Allah. Ya kalau diringkas, seluruh ibadahnya menganut prinsip “poko`e”. Dan kita semua tahu kalau prinsip “poko`e” itu merupakan amalan yang tidak disertai “ilmu” pokoknya shalat walaupun jarang-jarang dan nggak bener, pokoknya puasa, walaupun cuma awal dan akhir. Semua serba pokoknya.

Begitulah manusia ! Lantas apa yang dibutuhkan ? Yang dibutuhkan adalah “petunjuk”. Dan petunjuk Allah itu sudah ada yaitu Al Qur`an. Kitabullah itu merupakan petunjuk dan pelajaran dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Jika kita tidak pernah membacanya apalagi tidak pernah membukanya sama sekali, ya kita tidak akan mendapatkan apa-apa darinya.

Oleh karena itu marilah,...marilah kita berusaha untuk menjadi manusia yang bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita, dan telah memberikan kepada kita kenikmatan yang begitu banyak. Bahkan begitu banyaknya sampai-sampai kita tidak akan pernah dapat menghitungnya berapa banyak kenikmatan yang telah kita terima.

Sebabnya, kesyukuran yang kita ungkapkan dan wujudkan itu sebenarnya bukan untuk Allah, tetapi kesyukuran itu sebenarnya untuk diri kita sendiri. Allah tidak berkehendak kepada kita, tetapi kitalah yang berkehendak kepada Allah, bahkan jika semua yang ada di muka bumi ini ingkar kepada Allah, tidak akan berkurang sedikitpun kekuasaan Allah.

Perhatikan beberapa ayat di bawah ini :

QS. Faathir : 15.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ﴿١٥﴾
“Yaa ayyuhaan nasu antumul fuqaraa`u ilallah, wallahu huwal ghaniyyul hamidu”
”Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”

QS. Ibrahim : 7.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴿٧﴾
“Waidz ta`adzdzana rabbukum la`in syakartum la`aziidanakum, wa la`in kafartum inna `adzaabii lasyadiidun”
”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

QS. Ibrahim : 8.
وَقَالَ مُوسَىٰ إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ﴿٨﴾
“Wa qaalaa Musa in takfuruu antum wa man fiil ardhi jami`an fa innallaha laghaniyun hamiidun”
“Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".


QS. Luqman : 12.

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ﴿١٢﴾
“Wa laqad atainaa luqmaanal hikmata `anisykur lillahi, wa man yasykuru fa`innamaa yasykuru linafsihi, wa man kafara fa`innallaha ghaniyun hamiidun”
”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Allah akan menambah nikmatNya kepada kita apabila kita bersyukur dan apabila kita ingkar sesungguhnya Allah maha kaya, Allah tidak berkehendak kepada kita, kitalah yang berkehendak kepadaNya.

Mudah-mudahan kita bisa memahami bagaimana perwujudan syukur yang sebenarnya, agar kita bisa mencapai keinginan kita untuk dapat mencapai derajat seperti orang-orang yang bertakwa.

Amin Allahumma Amiin.

Tidak ada komentar: