Orang-orang Yahudi dan Nasrani sejak lama terbagi dalam banyak aliran atau sekte. Penyebab lahirnya banyak sekte atau aliran ada beragam alasan. Ada yang berpendapat Nasrani adalah salah satu sekte Yahudi, karena Yesus memerintahkan untuk mentaati ajaran-ajaran yang dibawa nabi Musa as. Tetapi melarang menerima ajaran dari para pendetanya saat itu. Dimana para pendeta Yahudi saat itu hanya bisa mengajarkan tetapi tidak bisa menjalankan.
Dalam agama Yahudi sendiri ada banyak sekte, misalnya yang sudah populer seperti saksi Yehova, yang begitu bisa di terima di negara Amerika. Ada pula sekte samiria, yang bertahan di sebuah kawasan sebastia, sebuah kota peninggalan Romawi di sebelah utara kota Nablus, yang menganggap alirannya-lah yang paling benar diantara sekte-sekte Yahudi yang ada sekarang. Karena mereka merupakan pewaris dan penerus Taurat dari keturunan Bani Israil. Dengan bahasa Ibrani lama yang masih terjaga sampai saat ini mereka berusaha meyakinkan masyarakat Yahudi, bahwa sekte samiria adalah aliran yang paling benar dan lurus menjalankan perintah-perintah Taurat.
Demikian juga yang terjadi di agama Nasrani. Banyak aliran atau sekte-sekte yang sampai saat ini masih bertahan dengan keyakinan yang dalam dan terjaga di dalam dada masing-masing pengikutnya. Karena agama ini begitu banyak menyebar di seluruh dunia, menjadikan aliran atau sekte yang ada begitu mudah untuk dikenali. Melalui propaganda besar-besaran, tiap-tiap sekte berusaha mendapatkan pengakuan masyarakat dunia dan berusaha untuk menarik orang-orang ke dalam kelompoknya.
Sama dengan dua agama pendahulunya, agama Islam juga banyak melahirkan aliran-aliran atau sekte-sekte. Yang masing-masing mempunyai keyakinan bahwa aliran merekalah yang paling benar. Aliran-aliran yang ada, baik yang sudah sangat lama atau yang baru berkembang karena mengadopsi aliran-aliran dari negara lain berusaha untuk menarik simpati masyarakat. Bagi yang sudah besar tentu tidak sulit untuk menarik minat pengikut baru. Tetapi bagi yang masih “kecil” akan bersusah payah dalam memperkenalkan dan menyebarkan keyakinan-keyakinan baru mereka, yang menurut mereka yang paling benar.
Bagaimana bisa terpecah belah seperti itu ?
Ada beberapa kemungkinan terjadinya perpecahan agama menjadi bermacam aliran. Yang pertama, kemungkinan adanya keinginan untuk tetap bertahan dengan keyakinan ajaran yang “murni”. Yang tidak ada perubahan-perubahan dalam ajaran dan pengamalannya. Yang kedua, kemungkinan adanya keinginan untuk memodifikasi ajaran-ajaran yang dianggap tidak sesuai dengan selera beragama modern. Yang ketiga, kemungkinan adanya keinginan dari orang-orang tertentu untuk menjadikan agama sebagai alat kepentingan pribadi atau kelompok dalam berpolitik. Yang tujuan akhirnya adalah kekuasaan.
Dan banyak alasan lain yang berakibat munculnya aliran-aliran dalam agama. Satu keinginan yang tidak terakomodasi dari salah seorang pemimpin agama untuk dimasukkan dalam rangkaian ritual upacara agamanya, bisa berakibat munculnya kelompok atau aliran baru. Dan yang seperti ini mempunyai andil besar dalam memecah belah umat sebuah agama. Juga mempunyai peran besar dalam menanamkan bibit kebencian diantara umat beragama.
Bagaimanapun, suara seorang pemimpin agama yang dihormati, akan dipatuhi oleh banyak umat atau pengikutnya. Jika seorang pemimpin dikuasai ambisi pribadi demi sebuah kedudukan dalam kelompok agama, yang akan terjadi pasti adalah sebuah kerugian yang secara tidak sadar akan diterima tiap-tiap pengikutnya. Umat yang sebelumnya terhimpun dalam satu wadah sebagai sebuah keluarga, terpaksa akan terpisah karena sebuah ambisi atau keinginan satu orang yang tidak dapat diakomodir oleh kelompoknya.
Mengapa bisa berkembang begitu cepat ?
Tiap-tiap agama mempunyai syariat masing-masing. Sebuah ajaran menuju kebaikan akhlak dan tata cara dalam menjalankan ibadahnya. Sebuah perintah yang datangnya dari Allah melalui RasulNya yang diabadikan dalam sebuah kitab suci tidak bisa ditawar-tawar lagi. Memang kadang ada yang dirasa terlalu berat dalam pelaksanaannya. Sehingga para pengikutnya banyak sekali yang merasa enggan untuk menjalankannya. Keikutsertaan mereka hanya terbatas pada kebutuhan isian Identitas agamanya saja.
Dan inilah yang biasanya dijadikan celah untuk memodifikasi pelaksanaan ibadah menjadi sebuah kewajiban yang ringan. Dengan menghilangkan aturan yang dirasa berat, akhirnya sebuah kewajiban yang mutlak harus di penuhi akan terpangkas besar-besaran menjadi sebuah kewajiban yang banyak memberikan toleransi. Sehingga sebuah ajaran agama yang awalnya mempunyai aturan yang sangat ketat, berubah menjadi agama baru yang mempunyai aturan yang begitu ringan dan fleksibel bagi pemeluknya.
Ternyata yang seperti inilah yang dikehendaki banyak manusia di dunia. Mereka membutuhkan agama dalam hidupnya. Karena dalam hati kecilnya masih terbersit kata “Tuhan”. Tapi mereka tidak ingin ketatnya aturan agama membelenggu kebebasan mereka dalam berperilaku. Sehingga apabila ada seorang pemimpin agama yang begitu mudah memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang, yang sesuatu itu adalah yang mereka suka, mereka akan segera berbondong-bondong untuk masuk dalam kelompok baru tersebut.
Memang tidak semua umat menginginkan seperti itu, tapi sebagian besar umat manusia memang menghendaki yang seperti itu. Sebuah agama yang memberikan jaminan ampunan, menjamin masuk surga bagi para pengikutnya dan tidak banyak menerapkan aturan-aturan yang sangat ketat seperti yang mereka lihat dan rasakan. Mereka bahkan rela untuk memberikan sebagian materi yang mereka miliki sebagai ganti dari berat dan ketatnya aturan yang harus diikuti.
Kebanyakan kelompok baru yang cepat berkembang adalah mereka yang memberikan sedikit atau banyak kelonggaran dalam pelaksanaannya. Mereka cepat berkembang karena banyak dari umat yang masuk menjadi pengikut adalah dari kelompok orang-orang yang memang menghendaki adanya keringanan-keringanan dalam pelaksanaan syariatnya. Sehingga secara formal mereka tidak kehilangan identitas sebagai manusia yang beragama. Agama bagi mereka tak ubahnya hanya sebagai pakaian yang melindungi diri dari cacat-cacat yang ada di tubuhnya.
Bagaimana pertanggungan jawab sebuah aliran agama terhadap “kebenaran” yang dibawanya ?
Pecahnya sebuah agama menjadi berbagai aliran sebenarnya hanyalah disebabkan karena dua hal. Yang pertama adalah keinginan untuk mempertahankan prinsip cara beragama yang benar menurut syariat yang sudah ada dan sudah berlaku secara turun temurun. Kemudian yang kedua adalah disebabkan karena adanya sebuah kepentingan tertentu dari seseorang atau sekelompok orang untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan.
Tiap-tiap aliran merasa dialah yang paling benar. Dan yang demikian akan ditekankan kepada seluruh para pengikutnya. Untuk membangun keyakinan agar mereka tidak lari dari komunitasnya, kadang diperlukan banyak kebohongan dalam mempropagandakannya. Dan seorang pemimpin agama yang “hipokrit” mempunyai peran besar dalam memperbanyak aliran di masing-masing agama. Hebatnya mereka bisa menyembunyikan kemunafikannya di hadapan para pengikutnya.
Mereka merasa apa yang dilakukannya adalah sebuah “kebenaran” yang harus dipertahankan. Tapi mereka tidak menyadari kalau kelompok lain di luar mereka juga menggenggam sebuah “kebenaran” yang sama-sama diyakini. Jika ada banyak aliran sama-sama menggenggam “kebenaran”, lantas siapakah diantara mereka yang paling benar ? Adakah sebagian besar dari mereka memang membawa kebenaran ? Atau justru sebagian besar dari mereka membawa ke-tidak benar-an ?
Agama Islam adalah agama yang paling akhir setelah agama yahudi dan Nasrani. Dan kedua agama pendahulunya sudah banyak memberikan pelajaran tentang problematika keberadaan sebuah agama. Dari mulai kebengkokan yang banyak terjadi sampai pada terpecah belahnya sebuah agama menjadi beberapa golongan. Dalam sebuah ayat diinformasikan,
QS. Al Mu`minuun : 53
فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ﴿٥٣﴾
“Fataqaththa`uu amrahum bainahum zuburan, kullu hizbin bimaa ladaihim farihuuna”
”Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.
Ayat ini sudah memberikan gambaran kalau agama yang ada pada saat itu sudah terpecah belah menjadi golongan-golongan. Dan masing-masing golongan juga bangga dengan apa yang telah mereka lakukan. Dalam lanjutan ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk membiarkan mereka dalam kesesatannya sampai pada waktu tertentu. Berarti bisa juga dikatakan bahwa mereka yang saat itu memecahkan diri dalam golongannya masing-masing telah berada dalam kesesatan.
Allah juga melarang umat nabi Muhammad untuk terpecah belah seperti umat-umat yang lebih dulu, karena seluruh Rasul yang telah diutus, semua mengajak pada ketauhidan hanya kepada Allah swt. semua utusan Allah mengajak untuk bersatu dalam kedamaian hidup dengan berlandaskan pada ketauhidan Allah. Tidak ada seorang utusanpun yang mengajak untuk saling membenci dan memusuhi satu sama lain. Karena agama hanya bertujuan untuk mengajak umat manusia saling menyayangi, mengasihi dan saling mengingatkan tentang sesuatu yang “benar” secara universal.
QS. Asy Syuura : 13.
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ﴿١٣﴾
“Syara`a lakum minad diini maa washshaabihi nuuhan walladzii auhainaa `ilaika wa maa washshainaa bihi ibraahiima wa muusaa wa `iisaa, an aqiimuddiina wa laa tatafarraquu fiihi, kabura `alaal musyrikiina maa tad`uuhum ilaihi, allahu yajtanii ilaihi man yasyaa`u wa yahdii ilaihi man yuniibu”.
”Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.
Kewajiban menjalankan syariat memang berat, tapi Allah sudah mengukur seberapa kekuatan manusia dalam menerima beban. Dan Allah tidak akan memberikan beban kepada umat manusia melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Allah juga masih banyak memberikan toleransi kepada masing-masing diri sesuai dengan situasi dan kondisinya. Hanya manusia memang mempunyai sifat malas dan cenderung hanya pada sesuatu yang serba mudah. Tidak mau bersusah payah tapi selalu menginginkan hasil yang serba melimpah.
Apa akibat dari terpecah belahnya agama ?
Seperti dua agama sebelumnya, agama Islam juga menghadapi hal yang sama. Bahkan sejak masih periode awal setelah wafatnya Rasulullah saw dan ketiga sahabatnya, kaum muslimin sudah terbelah menjadi dua. Yang satu dibawah naungan Muawiyah satunya lagi dibawah naungan Saiyidina Ali bin Abi Thalib. Bibit-bibit perpecahan ini terbawa sampai saat ini.
Begitu banyak aliran atau sekte-sekte yang ada membuat semakin beragam cara umat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Cara detil shalat, cara berpakaian, cara menyampaikan ke umat. Dari perbedaan-perbedaan yang muncul mengakibatkan rasa “tidak tertarik” bahkan bisa timbul rasa “benci”, karena masing-masing mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling benar.
Kebencian yang muncul makin lama semakin mendalam seiring dengan perilaku-perilaku sebagian aliran yang kadang kelewat batas dalam perbuatan-perbuatan anarkis. Dengan melakukan perusakan dan pemukulan kepada orang lain sesama muslim. Sesuatu yang sebenarnya tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. selama dalam hidupnya.
Fanatisme terhadap pimpinan menyebabkan ketundukan mutlak yang kadang justru melebihi kecintaan kita kepada Rasulullah saw. Apa yang dikatakan pimpinan seakan menjadi pegangan. Sehingga banyak orang mendasarkan perilaku pada perintah pimpinannya. Sering juga mengatakan sesuatu yang di dahului dengan kata : “kata guru saya,......” atau “kata kyai saya,....” bukan menurut Al qur`an dan kata-kata Rasulullah.
Jadi sebenarnya sudah jelas, kalau terpecah belahnya umat hanya akan menyebabkan saling benci diantara umat manusia. Sesuatu yang sangat tidak dianjurkan dalam agama Islam. Bahkan semua agama yang ada. Tapi anehnya, kita justru menikmati dan tenggelam dalam pecahan-pecahan agama dengan menganggap apa yang kita jalankan dan amalkan adalah sesuatu yang berada di urutan paling atas dalam “kebenaran” beragama.
Lantas apa yang difirmankan oleh Allah tentang diri kita dan kebanggan kita dalam aliran atau pecahan agama saat ini ? Sudahkan kita menemukan firman Allah tersebut ? Sudahkan kita mencarinya dalam tiap-tiap ayatNya ? Ataukah memang kita tidak tahu atau tidak pernah ingin tahu isi ayat tersebut ? Tidak sadarkah kita kalau Allah telah kepada kita untuk tidak terpecah belah dalam agama ? Marilah kit perhatikan bebrapa ayat di bawah ini,
QS. Ar Ruum : 31.
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴿٣١﴾
“Munibiina `ilaihi wattaquuhu wa aqiimuush shalaata wa laa takuunuu mina musyrikiina”.
”dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,”
QS. Ar Ruum : 32.
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ﴿٣٢﴾
“minal ladziina farraquu diinahum wa kaanuu syiya`an, kulli hizbin bimaa ladaihim farihuuna”
”yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.
Di ayat 30 surat tersebut Allah memerintahkan untuk menghadapkan wajah kita lurus pada agama Allah, karena Allah telah menciptakan manusia menurut fitrah yang telah ditetapkan. Yaitu naluri beragama yang hanya bertauhid kepada Allah. Tidak kepada yang lain. Baik itu setan, berhala atau manusia-manusia yang akan membawa kita ke dalam perpecahan-perpecahan agama dan menyebarkan bibit-bibit kebencian antar umat.
Dan Allah telah memberikan jaminan kepada Rasulullah saw. dengan melepaskan tanggung jawab Rasulullah saw. terhadap mereka yang telah memecah belah agama dalam golongan-golongan seperti ayat di bawah ini,
QS. Al An`am 159.
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ﴿١٥٩﴾
“Innal ladziina farraquu diinahum wa kaanuu syia`an lasta minhum fii syai`in, innamaa amruhum ilallahi tsumma yunabbi`uhum bimaa kaanuu yaf`aluuna”
”Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”.
Kemudian marilah kita perhatikan juga beberapa ayat di bawah ini, dimana Rasulullah saw menghadapi mereka yang banyak membantah tentang syariat yang dibawa oleh beliau. Allah memberikan kepastian tentang suatu pengadilan terhadap mereka yang selalu memperselisihkan tentang syariat yang telah di bawa oleh Rasulullah saw.
QS. As Sajdah : 25
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ﴿٢٥﴾
“inna rabbaka huwa yafshilu bainahum yaumal qiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yahtalifuuna”
”Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya”.
QS. Al Hajj : 69.
اللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ﴿٦٩﴾
“Allahu yahkumu bainakum yaumal qiyaamati fiimaa kuntum fiihi takhtalifuuna”
”Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya”.
Sifat semua ayat dalam Al Qur`an adalah relevan, mungkin kita bisa menghindar atau mengelak kalau ayat tersebut tidak relevan dengan permasalahan yang saat ini dihadapi umat. Dan kita akan tetap konsisten dengan apa yang kita yakini saat ini. Boleh boleh saja kita bersikap demikian. Karena tiap diri memang diberi hak sepenuhnya untuk menentukan kemana mereka akan berjalan.
Ayat-ayat dalam Al Qur`an hanyalah mengingatkan kita tentang sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan. Dalam satu ayat Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw di surah Al Israa ayat 84 untuk mengatakan, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing”, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Oleh karena itu semua terserah kepada diri kita sendiri. Kembali kepada diri kita sendiri. Mana yang akan kita turut. Perintah yang ada di dalam Al Qur`an atau kita akan tetap memelihara perpecahan dalam berbagai aliran seperti sekarang ini. Terus tenggelam dalam memelihara kebencian yang terselubung dengan sesama muslim yang sebenarnya merupakan saudara kita.
Perlu juga di ingat bahwa Allah memerintahkan untuk tetap teguh berpegang pada tali atau agama Allah dan jangan bercerai berai atau berselisih. Dan memerintahkan kepada kita untuk selalu mengingat nikmat-nikmat Islam yang telah diberikan kepada diri kita sebagai penganutnya. Islam menyelamatkan manusia dari jurang neraka apabila kita mentaati semua yang telah diperintah dan menghindari semua yang dilarang. Termasuk menghindarkan diri dari semua perselisihan tentang Islam sendiri.
Sekian.
Wrote by : Agushar.
Selasa, 25 Mei 2010
Memecah Belah Agama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar