Senin, 03 Mei 2010

Hujan, Rahmat Yang Besar.

Hujan, rahmat yang besar.

Turunnya ditunggu-tunggu, tapi kalau kebanyakan justru mengganggu. Datangnya dinanti-nanti tapi jika datang tak henti-henti malah dibenci. Itulah hujan. Tapi hujan harus turun. Tak perduli waktunya mundur atau maju. Yang penting hujan turun. Dan hujan pasti akan turun. Jika hujan tidak turun, bencana besar akan terjadi. Dan jika turun terus menerus sepanjang tahun. Bagaimana nasib kita nanti ?

Berkah atau bencana. Tapi Al Qur`an menginformasikan bahwa hujan adalah rahmat yang besar. Bagi siapa ? Bagi semua yang ada dibawahnya. Kadang pikiran kita berhenti bersamaan dengan jatuhnya air hujan. Menunggu kapan hujan akan berhenti. Dan berharap hujan akan segera berhenti agar aktifitas kehidupan berjalan normal kembali. Menunggu dan sekali-sekali mengeluh. “Kenapa nggak segera berhenti ?”.

Kita mengeluh hanya karena tertunda mengawali aktifitas sehari-hari. Kita tidak pernah menyadari tentang diri “hujan”. Tidak pernah mau memahami secara mendalam tentang diri “hujan”. Mengapa harus turun setiap hari. Selama berbulan-bulan lagi. Kita sering juga berharap mudah-mudahan musim hujan segera lewat. Agar tidak diribetkan dengan jas hujan, cuci motor, cuci mobil, talang bocor, jalan tergenang, dan banjir yang selalu jadi langganan.

Kita semua tahu kalau setiap kali hujan yang turun adalah air. Dan yang kita tahu, air itu untuk minum, untuk mandi, untuk cuci, untuk memasak, untuk radiator, untuk aquarium, untuk kolam renang, untuk menyiram tanaman dan lain-lain. Kita tidak perduli bagaimana proses air itu bisa sampai ke daratan kemudian masuk ke sumur kemudian kita ambil dan kita gunakan. Bagi kita yang penting air itu ada dan bisa digunakan sesuai dengan keperluan.

Air adalah sumber kehidupan. Memang tak berlebihan. Kita tak bisa membayangkan kalau hidup tanpa air. Sehari saja tidak ada air kita sudah kebingungan. Apalagi sampai berbulan-bulan. Tapi kebanyakan dari kita tak bisa mengambil pelajaran dari adanya air. Yang kita tahu hanyalah, air harus ada. Kalau tidak ada harus kita cari, walaupun dengan pengorbanan yang begitu besar. Ambil saja contoh mereka yang mengambil air dari sebuah sumber yang berada jauh dari rumah tinggalnya. Misalnya di atas gunung. Betapa sulitnya keseharian hidup mereka.

Hujan adalah rahmat yang besar. Yang datangnya dari Allah. Dan keberadaan air hujan ini adalah untuk menunjang kehidupan di bumi. Untuk menunjang kebutuhan manusia dalam menjalani cobaan-cobaan selama hidupnya. Agar manusia bisa sampai pada ajal yang telah di tentukan olehNya. Air sengaja diciptakan oleh Allah untuk bumi dan segala yang ada diatasnya. Dan bumi mempunyai andil yang tidak kecil dalam penyediaan air ini.

Disamping makhluk pendukung yang lain, seperti matahari dengan panasnya, angin yang membawa awan, bumi mempunyai andil untuk menarik jatuh butiran-butiran air bersih yang telah terbentuk dari penguapan air laut di tempat-tempat yang membutuhkannya. Kemudian menarik lagi air-air yang kotor menuju ke laut untuk di sterilkan dan dijernihkan. Kemudian dilepaskan lagi dalam bentuk lain yang ringan agar bisa dibawa terbang oleh angin. Molekul-molekul air saling bertemu dan menikmati perjalanannya menuju ke satu tempat. Dan bumi akan menariknya apabila “rombongan” air itu sudah sampai pada tempat yang di tentukan.

Suatu proses penjernihan yang sangat canggih yang pernah kita lihat. Dan sebuah transportasi yang sangat mutakhir untuk mengantarkan barang kiriman ke tempat lain tanpa menggunakan roda dan jalan aspal yang mulus. Kecanggihan tehnologi yang pernah diciptakan oleh manusia masih jauh ketinggalan dibanding tehnologi alam. Hanya kesombongan manusia saja yang lebih banyak mengiringi semua apa yang telah ditemukannya. Sebenarnya manusia tidak pernah menciptakan. Manusia hanya menemukan apa yang telah di ciptakan oleh Allah swt.

Manusia boleh menganggap bahwa mereka telah menciptakan sesuatu yang paling canggih. Tapi disatu sisi manusia masih dibingungkan dengan penampakan benda angkasa yang lazim di sebut UFO. (Unidentification Object). Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab oleh manusia di alam ini. Terlalu luas dan terlalu dalam “Ilmu Allah” di alam semesta ini. Air adalah salah satu contohnya. Kita lebih banyak membahas tentang air dari mulai atom susunannya sampai dengan kegunaanya. Jarang sekali kita berusaha untuk memahami apa pesan yang di bawa oleh air dalam setiap perjalanannya.

Apa manfaat yang bisa diambil dari turunnya hujan ?

Bagi manusia air hujan yang turun kebumi bisa dimanfatkam untuk hampir semua aktifitas. Dari mulai mengairi sawah, memfungsikan lagi sumur-sumur yang kering, untuk minum, mandi, cuci dan segala aktifitas pekerjaan di semua sektor usaha produksi barang-barang kebutuhan rumah tangga, pertanian maupun kebutuhan industri. Hampir semua jenis pekerjaan yang dilakukan oleh manusia membutuhkan air. Begitu pentingnya air bagi manusia. Sehingga bisa dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa air.

Ketergantungan manusia pada air yang sangat tinggi menyebabkan rendahnya kebutuhan manusia akan “hadirnya” Allah sebagai Tuhan pada pikiran dan hati kita. Padahal ada dan tidaknya air di muka bumi ini mutlak karena kuasa Allah swt. yang memerintahkan air kotor menuju laut dan memerintahkan laut untuk mencuci serta menghembuskannya ke atas. Dan angin akan membawa “calon air” itu ke suatu tempat sesuai dengan perintahNya.

Pada saat tidak ada air kita banyak memohon kepada Allah agar segera diturunkan hujan. Tetapi setelah air melimpah tidak sedikitpun terlintas untuk mensyukuri berkah yang sangat besar itu kecuali cuma dengan ucapan hamdalah. Manusia banyak yang berpikir dengan mengucapkan hamdalah mereka sudah bersyukur. Dan kesyukuran yang diharuskan oleh Allah, hanya kita ukur dengan ucapan lisan. Tidak dengan amal perbuatan yang melibatkan pikiran, seluruh anggota badan dan hati.

Hem,... betapa enaknya. Berkah berupa “kehidupan” hanya di barter dengan satu kalimat. Tidak berefek pada ketaatan pada perintahNya sama sekali. Yang ada hanyalah satu kalimat hamdalah dan “menggerutu” sepanjang hujan berlangsung. Pujian hanyalah sebuah awal dari rasa syukur. Perwujudan rasa syukur lebih tertuju pada amalan. Dengan mengerjakan ibadah dan menjalankan segala konsekwensi dari ibadah itu sendiri yang lebih banyak berupa perintah-perintah untuk menjalankan kebajikan selama hidup.

Cobalah untuk sedikit memahami apa akibat yang terjadi atau dihasilkan dengan turunnya hujan. Hujan adalah rahmat yang besar. Banyak ayat yang menjelaskan tentang akibat dari turunnya hujan. Beberapa ayat seperti, Al A`raaf 57, Al Baqarah 22, Ibrahim 32, Faathir 57 menjelaskan tentang hujan yang bisa menghasilkan buah-buahan karena pohonnya tumbuh subur akibat tersiram air hujan.

QS. Al A`raaf 57.

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴿٥٧﴾
“Wahuwal ladzii yursilur riyaaha busyran baina yadai rahmatihi hatta idzaa aqallat sahaaban tsiqaala suqnaahu libaladin mayyitin fa`anjalnaa bihil maa`a fa`akhrajnaa bihi min kulli tsamarat, kadzaalika nukhrujul mautaa la`allakum tadzakkaruuna”.

”Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”.

Kita melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kekeringan yang terjadi di suatu daerah menyebabkan tanah menjadi tandus. Tidak bisa ditanami dengan tumbuhan apapun. Bahkan yang sudah tumbuhpun akan segera mati. Bahkan dikatakan bahwa bumi di daerah tersebut adalah bumi yang mati. Manusia banyak yang kebingungan tidak perduli kaya atau miskin. Dan jika kekeringan berlangsung terus tanpa turun hujan, diyakini akan banyak manusia yang mati pula.

Tetapi setelah Allah telah menurunkan hujan di daerah tersebut, apakah yang terjadi ? Dari tanah yang tandus tersebut muncul tanaman. Diawali dari tumbuhnya rerumputan, kemudian binatang-binatang kecil juga bermunculan. Kolam atau empang yang tadinya kering dengan tanah yang pecah-pecah di tumbuhi dengan benih-benih ikan. Atau tumbuhan buah yang tadinya hampir mati kemudian bersemi lagi dan berbuah lebat.

QS. Al An`am 99.

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴿٩٩﴾
“Wahuwal ladzii anjala minas samaa`i maa`an fa`akhrajnaa bihi nabaata kulli syai`in fa`akhrajnaa minhu khadhiran nukhriju minhu habban mutarakiban waminan nakhli min thal`ihaa qinwanun daniyatun wa jannaatin min a`naabin wa zaituuna war rummaana musytabihan wa ghaira mutasyaabihin. Unzhuruu `ilaa tsamarihi idzaa atsmara wa yan`ihi, inna fii dzaalikum la`ayaatin liqaumin yu`minuuna”.

”Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.

Sawah-sawah yang tadinya kering mulai bisa dikerjakan dengan traktor. Kemudian ditanami bibit padi untuk kemudian beberapa bulan lagi di petik hasilnya. Demikian diulangi lagi untuk tanaman yang sama. Ladang-ladang yang awalnya tak satupun tanaman bisa tumbuh, setelah disiram air hujan hampir semua yang di tanam bisa tumbuh dengan baik. Untuk kemudian menghasilkan sayuran atau kebun-kebun yang pohonnya seakan hidup kembali untuk menghasilkan buah-buahan yang lebat.

Manfaat lain dari turunnya hujan adalah mengalirnya lagi air dari sumber-sumber air yang tadinya “habis” sehingga manusia dapat menggunakan air yang begitu bersih untuk menjalankan semua aktifitasnya. Aktifitas-aktifitas manusia yang menggunakan air ini ada yang menghasilkan uang. Selain untuk mencuci dan membersihkan diri, air juga dipakai untuk mengolah semua bahan yang akan di jual kembali ke orang lain.

Dengan demikian tak berlebihan kiranya kalau Allah mengatakan bahwa hujan adalah rahmat yang besar. Karena air ternyata dibutuhkan di semua sisi kehidupan. Baik manusia, tumbuhan maupun binatang-binatang yang banyak memanfaatkan tumbuhnya tanaman untuk makan mereka sehari-hari. Juga untuk minum dan berkubang sebagian binatang guna menghindari panasnya sinar matahari.

Sikap kita terhadap diri hujan ini lebih banyak berorientasi pada kepentingan diri pribadi kita. Dari mulai minum, mandi, cuci, memasak, usaha kecil kita sampai pada usaha industri berskala besar semua menjadi kepentingan utama. Sedang pesan yang dibawa oleh hujan agar manusia lebih banyak bersyukur dengan kedatangan rahmat berupa hujan justru lebih banyak di abaikan.

Tanda-tanda bahwa Allah yang membuat dan memerintahkan hujan untuk turun di bumi yang kita tempati ini tak pernah terlintas pada pikiran kita. Yang kita yakini adalah hujan akan turun pada saat musim hujan tiba. Dan hujan akan berhenti pada saat musim kemarau tiba. Bagaimana terhindar dari luapan air dan bagaimana mendapatkan air di saat musim kemarau selalu menjadi fokus pikiran kita.

Sedang air hujan yang telah membuat segala sesuatunya bisa berjalan normal dianggap suatu hal yang biasa. Kita tidak menyadari kalau turunnya hujan adalah untuk memberikan pemahaman pada kita agar manusia bisa melanjutkan umur yang sudah ditentukan ajalnya. Agar manusia bisa meneruskan ikut dalam ujian sampai saat-saat terakhir hidupnya. Agar manusia ingat, bahwa saat-saat hidupnya adalah sebuah ujian yang tidak bisa dianggap main-main.

Pesan yang lain dari air hujan adalah agar manusia lebih serius dalam menghadapi ujian hidup. Karena yang dibutuhkan manusia sebenarnya adalah “nilai” kelulusan. Bukan “ijazah” dengan nilai yang pas-pasan. “Nilai” menunjukkan kualitas kelulusan. Jika bisa meraih nilai yang tinggi kemungkinan akan mendapatkan “Ijazah” dengan predikat “mutaqqin”. Yang demikianlah yang sebenarnya dibutuhkan manusia.

Juga sebuah peringatan agar manusia tidak terlena dengan apa yang telah diperbuat dan diperolehnya selama musim kemarau. Hujan memberikan peringatan bahwa Allah masih ada dan eksis. Allah memberikan bukti kekuasanya dengan turunnya hujan. Dan Allah juga memberikan perumpamaan sebuah kebangkitan dengan menghidupkan bumi yang telah mati atau tandus. Menghidupkan tumbuhan dan hewan dari sebuah kematian. Memberikan rezki dengan buah-buahan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

Dan hujan memberitahukan kepada segenap manusia di muka bumi bahwa berita tentang kebangkitan sesudah mati kita adalah benar. Dan yang demikian bukanlah perkara yang sulit bagi Allah. Terbukti hanya dengan menurunkan air hujan di permukaan bumi, semua makhluk bisa muncul, hidup dan tumbuh dengan pasti. Dan yang harus di ingat pula bahwa Allah akan mengadili manusia kelak di hari penghisaban. Yaitu sebuah hari dimana hanya Allah yang mengetahui kapan datangnya. Dan sebuah hari dimana semua makhluk akan datang kepadaNya tanpa ada satupun kata untuk membantah lagi.

Mudah-mudahan hujan bisa mengingatkan kita akan kuasanya Allah dalam membangkitkan diri kita sesudah kematian merenggut nyawa, yang begitu setia menemani kita dalam bersenang-senang selama hidup di dunia.


Sekian.

Tidak ada komentar: