Diam adalah emas. Benarkah ?
Rasulullah saw pernah berkata, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata benar atau diam” sabda Rasulullah ini bisa juga diartikan, lebih baik diam jika tidak bisa berbicara dengan benar. Apakah sebenarnya “diam” itu ? Begitu pentingkah hingga Rasulullah saw menganjurkannya ?
Diam berarti tidak bergerak. Seperti batu yang tidak berbentuk atau batu yang berbentuk semacam “arca” atau patung yang dibuat dari batu yang dipahat oleh seorang seniman. Diamnya batu ini laksana diamnya manusia dalam “kematian”. Tetapi yang akan kita renungkan kali ini adalah “diam” mulut atau “lisan” kita. Benar kata Rasulullah, jika tidak bisa berkata dengan baik dan benar, lebih baik diam. Karena dengan diam kita bisa kita bisa “selamat” dari kata-kata yang membahayakan diri kita dan orang lain. Juga bisa memberikan kesan positif kepada orang lain.
Manusia dengan mulut atau lisan yang “diam” bisa dikarenakan beberapa sebab. Pertama, orang yang “diam” karena sudah pembawaan dari faktor genetik atau keturunan. Orang seperti ini akan terlihat “diam” dimanapun dia berada. Tidak ada perbedaaan tempat yang bisa menyebabkan seorang “pendiam” jadi banyak bicara. Orang seperti ini sangat jarang berbicara. Dia hanya mau bicara pada saat diperlukan untuk bicara. Jika tidak perlu bicara, dia tidak akan pernah berbicara. Dan inilah seorang “pendiam” yang “asli”. Karena memang dasarnya tidak suka berbicara yang tidak berguna. Dan sikap seperti inilah yang lebih dekat ke “tawadu” atau rendah hati.
Yang kedua adalah orang yang “diam” karena faktor kesengajaan atau sengaja untuk “diam”. Nah diam yang seperti inilah yang banyak memberikan tafsiran kepada orang lain. Karena diam dengan sengaja ini ada bermacam jenisnya. Sangat tergantung pada niat, cara, situasi dan kondisi diri dan orang-orang sekitarnya. Pada “diam” jenis ini ada dua jenis lagi yang bisa dibedakan. Pertama “diam” karena kejujuran dan menguasai ilmu “diam” yang diajarkan agama. Kedua “diam” karena sengaja membisu dikarenakan sesuatu hal. Penyebab diam yang seperti inilah yang bisa di uraikan menjadi beberapa jenis diam seperti dibawah ini.
Diam Bodoh.
Yaitu orang yang diam karena tidak tahu apa yang harus di ucapkan atau katakan. Hal ini dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan dan ke-tidak mengerti-annya. Semua itu lebih banyak di sebabkan karena lemahnya pemahaman dalam berbagai hal, terutama dalam bidang pengetahuan agama. Atau alasan lain karena tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan lancar (gagap). Namun, diam karena kebodohan ini menjadi lebih baik dari pada memaksakan diri sok tahu dalam berbagai hal. Terutama dalam bidang agama.
Diam Malas.
Yaitu diamnya orang yang enggan bicara. Dia malas berbicara karena tidak punya selera untuk bicara atau tidak ada “mood” atau sedang malas bicara. Dan ini merupakan suatu sifat yang buruk. Karena orang seperti ini akan diam pada saat orang lain membutuhkan perkataan atau pembicaraannya. Kalau yang diperlukan sebuah kesaksian sebuah perkara, tentu akan sangat merugikan orang yang sedang berperkara tersebut.
Diam Sombong.
Diam jenis ini juga tidak baik. Karena diamnya orang seperti ini karena memandang rendah orang-orang yang sedang berbicara dihadapannya. Dia menganggap dirinya tidak berada satu level dengan mereka yang sedang berbicara. Sehingga dia menganggap sia-sia saja jika dia ikut nimbrung pembicaraan. Sikap ini adalah sikap yang buruk. Lebih baik mendengarkan untuk kemudian berbicara apabila mereka memerlukan kita untuk bicara. Tapi jangan menyela untuk kemudian menjatuhkan seseorang karena pembicaraannya.
Diam Khianat.
Diam jenis ini merupakan “diam”nya orang jahat. Karena diam yang dilakukan mempunyai maksud untuk mencelakakan atau menyusahkan orang lain. Ini termasuk “diam” yang keji. Karena dia mengetahui permasalahan tapi “diam” saat orang lain sedang meributkan permasalahan tersebut. Misal, perubahan jadwal ujian yang semula telah di sepakati kemudian dirubah, sedang orang lain tidak tahu, tapi dia yang tahu sengaja “diam” agar mereka yang tidak tahu mendapatkan masalah.
Diam marah.
Jenis “diam” seperti ini mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikannya adalah bisa terhindar dari perkataan “keji” yang akan lebih mengeruhkan suasana. Keburukannya adalah. Dia berusaha untuk menyelesaikan masalah tapi tetap dengan memperlihatkan atau menunjukkan kemarahannya. Sehingga “diam” yang dilakukan justru akan memperbesar permasalahan yang sedang terjadi.
Diam Utama atau Diam Aktif.
Adalah sikap diam yang diperoleh dari hasil penelitian atau pemikiran yang membuahkan keyakinan bahwa rasa enggan bersikap diam atau menahan diri yang berarti ceroboh dalam berbicara, akan menjadi masalah yang lebih besar dibanding dengan sekedar berbicara sesuai dengan keperluan atau hal-hal yang penting saja.
Diantara beberapa sikap “diam” diatas yang perlu untuk diperhatikan ada 2 jenis, yaitu diam 2MK atau diam marah, malas, khianat dan diam utama atau diam aktif. Karena keduanya mempunyai sebab permasalahan yang bisa diuraikan lebih luas lagi.
Diam 2MK adalah diam yang disebabkan karena sebuah permasalahan yang sedang terjadi. Dan hal ini sangat berhubungan dengan sifat atau karakter seseorang yang sedang bermasalah tersebut. Jika seseorang mempunyai jiwa pendendam dan suka memelihara sebuah kebencian. Maka dia akan cenderung berlaku diam 2MK atau marah, malas dan khianat. Karena ketiga sifat diam itu sangat akrab dengan sifat-sifat dasar yang buruk.
“Diam”nya orang seperti ini adalah diam dalam kebohongan. Karena dia hanya diam jika berhadapan dengan orang yang sedang bermasalah dengan dirinya. Menahan diri untuk tidak berbicara karena ada rasa enggan yang sangat besar dan rasa benci yang bercampur dendam. Tetapi jika bertemu atau berhadapan dengan orang lain yang tidak bermasalah dengan dirinya, akan kelihatan sifat “orsi”nya. Yaitu sikap “tidak bisa” diam, bahkan cenderung fitnah.
Sikap inilah yang sangat berbahaya. Dan sesungguhnya orang yang mempunyai sikap seperti ini tidak banyak, mungkin hanya beberapa orang diantara banyak orang. Jika hanya “diam” menunggu “cair”nya permasalahan mungkin masih tidak berakibat fatal. Tapi kalau sifat “hasud” yang muncul pasti akan berakibat fatal. Karena nafsu men”jelek-jelek”kan orang yang dia benci akan selalu disalurkan ke tempat atau orang lain yang “sudi” mendengarnya. Sifat inilah yang disebut sebagai sifat orang “pembawa” kayu bakar atau penyebar fitnah.
Sedangkan sifat “diam” aktif adalah sebuah sikap diam-nya lisan dan aktifnya otak dan akal. Orang -orang seperti ini selalu mementingkan kinerja otak untuk berpikir positif, dan hanya orang-orang yang mau banyak menggunakan akalnya saja yang bisa melakukan “diam” aktif ini. Mereka selalu berusaha untuk menahan diri dari perkataan yang tidak berguna. Tidak berbicara kecuali sesuatu yang baik dan benar. Hingga jumlah orang-orang yang seperti ini juga tidak banyak. Mungkin hanya beberapa dari sekian banyak orang yang ada.
Keutamaan bersikap Diam Aktif.
Ada beberapa keuntungan bagi seseorang yang memilih untuk diam aktif. Diantara kebaikan-kebaikan yang akan diperoleh orang-orang yang memilih diam ini adalah :
Bisa terbebas dari mengeluarkan kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah. Karena kebanyakan bicara lebih mudah pula kehilangan kontrol dari kata-kata yang seharusnya tidak dikeluarkan.
Bisa terbebas dari murka Allah akibat keluarnya kata-kata yang menyebabkan dosa, seperti kata-kata kotor dan umpatan.
Bisa meningkatkan kepahaman terhadap permasalahan yang mencuat, karena kita mendengar dan memperhatikan dengan baik penjelasan-penjelasan dari semua permasalahan.
Hati akan terjaga dari sifat-sifat ujub, Riya` dan takabur atau sombong serta berbagai penyakit hati yang lain.
Mampu mengeluarkan ide atau gagasan yang cemerlang, karena kalbu yang selalu bercahaya dan selalu selalu mendapat petunjuk dari Allah tentang lisan dan sikap serta perilaku kita.
Menimbulkan kewibawaan dan segan orang lain karena sikap dan pembawaan kita. Dan hal itu kadang tidak kita sadari. Juga orang lain akan menaruh hormat kepada kita, karena kita juga menaruh hormat kepada mereka.
Diam aktif juga bisa menghindarkan diri kita dari perkataan dusta, bicara sia-sia, komentar yang cenderung kasar, berlebihan dalam berkata-kata, terhindar dari keluh kesah, dari kata-kata yang menyakiti perasaan orang lain, dan terhindar dari sifat sok tahu dan sok pintar sendiri.
Demikian, mudah-mudahan kita bisa menjadi manusia yang terbiasa berkata benar dan diam jika tidak begitu penting untuk dibicarakan. Semoga pula lisan kita terbiasa dengan lafal kalimat thayyibah dan hati yang selalu ingat kepada Allah hingga akhir ajal menjemput kita.
Sekian.
Wrote by : Agushar
Minggu, 20 Juni 2010
Diam itu Emas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar