Kamis, 10 Juni 2010

Menikmati Neraka.


Percaya atau tidak ? Hampir setiap manusia di dunia ini menginginkan tinggal di surga jika memang benar kelak akan dibangkitkan setelah kematiannya. Bahkan sudah banyak sekali manusia yang meng-kavling tempat di surga. Tiap kelompok atau sekte dalam agama yang ada bahkan begitu sangat yakin bahwa pemimpin dan pengikutnya akan masuk surga semua. Bayangkan, betapa ramainya keadaan di surga nanti. Betapa macet lalu lintasnya, karena sampai saat ini dan yang akan datang masih begitu banyak manusia yang akan terlahir.

Kalau mayoritas agama yang ada begitu berani menjamin pengikutnya akan masuk surga. Lalu siapa yang akan tinggal di neraka ? Apakah neraka harus “kosong” atau tidak berpenghuni. Rasanya tidak mungkin, neraka harus ada penghuninya. Karena neraka membutuhkan manusia, seperti juga surga yang selalu merindukan manusia dengan kriteria-kriteria tertentu. Karena neraka membutuhkan bahan bakar untuk membuat apinya selalu menyala. Dan bahan bakar neraka adalah manusia dan batu, seperti yang diinformasikan dalam Al Qur`an.

Dan saya yakin juga, bahwa kita yang begitu yakin akan masuk surga yang justru akan menghuni neraka kelak. Karena yang menentukan dan memutuskan manusia menghuni surga atau neraka hanyalah pengadilan Allah. Dan karena jalan ke surga bukanlah seperti yang mereka angan-angankan. Jalan ke surga telah di tentukan oleh Allah. Dan hanya mereka yang memenuhi perintah Allah saja yang akan bisa mencicipi surga dan bahkan akan tinggal selama-lamanya di sana.

Setiap hari kita bisa membaca di media, bahwa “orang” yang namanya ini sudah mati dan akan bertempat tinggal di surga. Hampir setiap hari ada yang mati dan mengumumkan dirinya bertempat tinggal di surga. Kita yang membaca jadi bertanya-tanya dalam hati. Apakah ini janji yang “benar” ? Ataukah hanya sebuah janji kosong yang justru akan menjerumuskan kita ke dalam jurang neraka ? Karena kita telah terlena dan terbuai dengan janji surga dengan kemudahan-kemudahan jalan untuk menempuh dan menggapainya.

Dalam keyakinan saya, surga adalah tempat yang sangat tersembunyi dan berada di ujung sulitnya medan perjalanan. Berada di tempat yang paling tinggi. Jauh lebih tinggi dari tempat yang paling tinggi yang pernah kita bayangkan. Banyak dari kita yang berhasil dan sampai di ketinggian tersebut. Tapi jauh lebih banyak dari kita yang akan tergelincir kedalam banyaknya jurang yang mengelilinginya. Dari logika seperti ini rasanya mustahil manusia banyak yang mencapai surga. Apalagi dengan kemudahan-kemudahan perjalanannya.

Islam termasuk dalam agama samawi, seperti juga Yahudi dan Nasrani. Islam juga mempunyai sebuah kitab suci, bahkan terjaga orisinalitasnya. Dan dalam kitabullah tersebut segala sesuatunya sudah jelas. Siapa yang akan menghuni neraka siapa pula yang akan menghuni surga. Dalam Islam hanya orang bertakwa saja yang akan menghuni surga. Tentunya dengan takwa yang sebenar-benarnya takwa. Mengapa ? Sebab kesungguhan manusia dalam mengekspresikan ketaatan dalam beribadah masih bercampur dengan keinginan-keinginan yang lain.

Sedangkan takwa bisa diterjemahkan dengan Iman dan amal shalih. Jadi sudah jelas. Barang siapa ber- Iman dan beramal shalih, maka Allah menjamin surga di akhirat kelak. Iman dan Amal Shalih. Sebuah kalimat yang ringan, tapi mempunyai kandungan yang sangat “tidak ringan”. Ada banyak aturan-aturan yang sangat mengikat demi ketulusan dan keikhlasan yang harus melekat dalam setiap amalan yang dilakukan.

Keimanan yang murni hanya pada Allah adalah sesuatu hal yang banyak dilanggar, baik sengaja atau tidak di sengaja. Dan amal kebaikan yang tidak didasarkan pada Iman hanyalah sebuah usaha membangun fatamorgana. Kelihatan seperti sudah di depan mata tapi sesungguhnya hanyalah sesuatu yang menipu mata. Seperti sebuah angan-angan yang tidak pernah menjadi sebuah kenyataan. Sia-sia, seperti membangun rumah laba-laba di tengah gurun yang sarat dengan badai. Tidak akan pernah terlihat rupa dan bentuknya.

Jika tidak memperhatikan semua petunjuk yang ada dalam Kitabullah dan hadits Rasulullah saw, hampir bisa dipastikan semua amalan-amalan kita tidak ada kesesuaian dengan apa yang diajarkan dalam agama Islam. Dan semua amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan hampir pasti mempunyai nilai yang sangat minim, bahkan bisa-bisa tidak bernilai sama sekali. Dan jika amalan tidak bernilai, berarti kita akan lebih dekat dengan neraka.

Dalam Al Qur`an sudah jelas pula, siapa yang akan masuk “neraka”. Beberapa sikap dibawah ini mungkin bisa dijadikan contoh kecil penyebab manusia masuk neraka.

Dalam banyak ayat di Al Qur`an seperti An Nisaa ayat 151, Al Hajj ayat 19 & 72 memberikan penegasan bahwa orang kafir, yaitu mereka yang mengingkari ketauhidan Allah mutlak menghuni neraka dan akan menerima banyak siksaan. Misalnya mereka akan dibuatkan pakaian dari api neraka dan disiramkan air mendidih dari atas kepala mereka. Dan dengan air itu dihancur luluhkan semua yang ada di perut mereka dan juga kulit mereka. Kekafiran adalah sebuah kesalahan yang tidak ter-ampunkan. Sebuah dosa yang tidak mungkin mendapatkan ampunan, meskipun ditukar dengan seluruh hartanya sewaktu masih hidup di dunia.

Dalam QS. Al A`raaf 40, memberikan pula penegasan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka tidak akan dibukakan pintu langit, dan mereka tidak akan pernah masuk surga hingga onta masuk lubang jarum. Kita semua tahu bahwa unta yang sebesar itu tidak akan pernah bisa masuk ke lubang jarum. Kiasan ini hanya untuk memberikan kepastian bagi mereka yang dusta terhadap ayat Allah, bahwa mereka akan kekal dalam neraka.

Dalam QS. Al An`aam 70, mereka yang menjadikan agama sebagai mainan, yaitu orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah-perintah yang ada di dalamnya serta mengolok-olok agama yang dianutnya. Tempat mereka adalah di neraka. Dan mereka tidak mungkin dapat menebus hukuman neraka itu dengan segala macam tebusan. Bahkan mereka akan diberi minum berupa air yang mendidih.

Dalam QS. Al Jin 15, mereka yang menyimpang dari kebenaran atau mereka yang tidak taat pada apa yang telah di perintahkan oleh Allah dan Rasulullah, akan ditempatkan di neraka dan akan menjadi kayu atau bahan bakar api neraka.

Dalam QS. Al Mudatsir 43 – 46, mereka yang tidak mengerjakan shalat, tidak memberi makan orang miskin, membicarakan yang bathil bersama-sama dengan orang yang membicarakannya, mendustakan hari pembalasan sampai datang kematiannya. Mereka ini akan di tempatkan di neraka saqar, yaitu neraka yang membakar kulit manusia.

Dalam QS. Al Qashash 61, yaitu orang yang diberikan oleh Allah kenikmatan hidup tetapi tidak dipergunakan untuk kepentingan akhirat. Mereka inilah orang yang mengingkari nikmat Allah. Orang yang seperti ini terbukti banyak sekali di dunia. Dan mayoritas manusia mengingkari kenikmatan hidup dari Allah. Kenikmatan lebih banyak membuat manusia lupa pada Allah. Dan hanya sibuk dengan urusan dunia saja. Dan tempat mereka hanyalah neraka dengan apinya yang menyala-nyala.

Sebenarnya masih banyak penyebab-penyebab manusia masuk neraka. Sangat banyak. Termasuk mereka yang membelakangi dan berpaling dari agama, mereka yang mengumpulkan harta dan menyimpannya, yang curang dalam menimbang takaran yang menghardik anak yatim, durhaka kepada kedua orang tua dan lain sebagainya.

Pada surat Huud ayat 119, surat Shaad ayat 85 dan surat Al A`raaf ayat 179 Allah memberikan penegasan bahwa, Allah akan memenuhi neraka jahannam dengan jenis jin dan manusia dikarenakan sebab-sebab tertentu. Dikarenakan kesalahan manusia dalam memfungsikan kelengkapan peralatan yang di aplikasikan pada diri manusia seperti, mata, telinga dan hati. Seharusnya ketiganya berguna untuk meningkatkan keimanan kepada Allah swt. Tapi kebanyakan manusia telah salah dalam mempergunakan ketiganya. Yaitu hanya tertuju semata-mata kepada kenikmatan duniawi, yang menjadi penyebab manusia berbondong-bondong masuk neraka jahannam.

Bagaimana keadaan kita di neraka ?

Neraka adalah seburuk-buruknya tempat kembali. Sejelek-jeleknya tempat tinggal. Dimana orang-orang yang ingkar akan ketauhidan Allah akan memasuki secara berombongan. Tak terkecuali kita, kemungkinan masuk neraka sangat besarnya. Dengan suka atau tidak suka kita akan memasukinya. Tidak ada ucapan salam, seperti layaknya ahli surga, karena kita akan memasuki neraka sebagai makhluk yang hina. Tapi jangan khawatir, kita akan mempunyai banyak teman, karena dibelakang kita antriannya begitu panjang. Yaitu orang-orang yang menyediakan diri untuk bahan bakar api neraka.

QS. Maryam 71.

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا﴿٧١﴾
“Wa in minkum illa wariduhaa, kaana `alaa rabbika hatman maqdhiiyaa”

”Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”.

Kita akan memasuki neraka, dan akan mendapatkan siksa yang berlipat ganda karena keingkaran kita pada ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri terhadapnya. Hanya menyimpan tapi tidak pernah berusaha untuk memahaminya. Tidak menghiraukanya. Tidak memenuhi apa yang diperintahkannya. Dan kita akan tinggal berabad-abad lamanya karena kita telah melampaui batas-batas perintahNya. Tak ada kesejukan, tak ada minuman seperti yang kita temukan di dunia.

Kita akan memasukinya dalam keadaan cacat, karena muka atau wajah kita yang terbakar panasnya api neraka. Dan di dalamnya sudah menunggu cambuk-cambuk dari besi dan belenggu-belenggu yang sangat berat. Tikar-tikar dan selimut yang terbuat dari api telah menunggu pula, dikarenakan kezhaliman yang kita lakukan. Dan apinya yang selalu bergolak akan menghempaskan kulit kepala kita.

Kita juga akan menemui penjaga-penjaga berupa malaikat yang kasar lagi keras perangainya. Kita tidak mati dan tidak pula hidup. Dengan leher terbelenggu kita akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala. Kemudian di belit dengan rantai yang panjangnya 70 hasta. Karena keingkaran kita, karena ketidak pedulian kita terhadap orang miskin yang lapar. Tak ada makanan yang lain kecuali darah dan nanah. Dan suka atau tidak suka kita akan memakannya, juga akan meminumnya.

Di dalam neraka pula kita akan menemui makanan berupa pohon zaqqum. Yaitu sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala-kepala syetan. Dan pasti kita akan memakan buahnya sampai memenuhi perut kita. Kemudian kita akan minum minuman bercampur air yang sangat panas. Karena kita telah mengikuti jejak-jejak orang tua kita yang berjalan di kesesatan. Tanpa menggunakan akal kita untuk memahami sebuah kebenaran ber agama.

Gambaran siksa neraka diatas hanyalah sebagian dari yang ada dalam kitabullah, masih banyak siksa-siksa yang lain seperti yang banyak di riwayatkan dalam banyak hadist Rasulullah saw. Bukalah dan bacalah kitabullah dan kitab-kitab hadist Rasulullah tersebut. Lalu renungkanlah. Apakah masih kurang gambaran siksa-siksa neraka. Apakah masih “ringan” menurut penilaian kita ? Apakah kita masih ingin sebuah siksa yang jauh lebih hebat lagi dari yang telah tergambar di atas ? Jangan khawatir. Neraka tidak akan kehabisan siksa-siksanya.

Jika kita memang menyediakan diri untuk neraka, ya tidak akan pernah ada gunanya sebuah peringatan atau bahkan petunjuk-petunjuk yang ada di alam Al Qur`an dan hadist Rasulullah saw. dan kita mungkin dengan rela dan senang hati akan menikmati siksan-siksaan tersebut. Tapi benarkah ? Benarkah kita akan rela merasakan siksa yang demikian dahsyatnya. Jika kita menjawab rela dan ikhlas berarti secara tidak langsung kita telah mengajukan sebuah tantangan terbuka dengan Allah swt. dan kita tinggal menunggu waktu peristiwanya yang pasti akan segera terjadi.

Tetapi jika kita mulai ragu dan ingin hukuman yang jauh lebih ringan, insya Allah pasti ada jalan. Dan Islam memberikan jalan itu seluas-luasnya untuk memulai dengan sebuah pertaubatan yang benar. Untuk memulai ketaatan kepada perintah dan untuk menebus banyaknya dosa-dosa yang sudah begitu memberati pundak kita. Yang selama ini kita bungkus dengan kebodohan kita dalam beragama.

Dan jika memang harus masuk neraka dan mendapat banyak siksa, mau tidak mau kita harus menjalaninya sebagai sebuah ketetapan. Suka atau tidak suka kita akan menjalaninya. Menikmati siksa seperti kita menikmati nikmatnya dunia. Menikmatinya seperti kita menikmati lezatnya kemaksiatan di dunia. Merasakan pahitnya seperti kita merasakan manisnya dunia.

Mudah-mudahan Allah meringankan hukuman atau siksa nerakanya dengan taubat dan kesungguhan kita dalam Iman dan amalan-amalan yang baik. Dengan bersungguh-sungguh belajar agama kita akan mendapatkan pemahaman tentang sebuah kebenaran. Yaitu kebenaran semua firman Allah dalam Kitab. Baik berupa balasan atau pahala maupun ancaman-ancamannya. Dan yang lebih penting dan paling mendasari semua itu adalah kebenaran tentang Allah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kuasaNya.

Hanya sebenar-benarnya Iman sajalah yang bisa berimbas pada amalan yang baik. Untuk itu marilah kita senantiasa berusaha untuk mempertebal atau memperkuat Iman kita agar kita selalu tetap dalam perilaku yang sesuai dengan semua yang di perintahkan olehNya. Dan agar kita selalu jauh dari semua amalan-amalan yang telah dilarangnya. Agar kita selalu akrab dengan asmanya dan selalu menyebut-nyebut dalam ingatan kita.

Karena hanya dengan mengingatNya sajalah hati kita bisa menjadi tenang. Dan tidak ada yang lebih menenangkan hati manusia kecuali sebuah kebersamaan antara seorang hamba dengan TuhanNya. Dan ingatan kepada Allah adalah sesuatu yang sangat besar pengaruh dan manfaatnya bagi manusia. Ibadah tanpa ingat kepada Allah adalah sesuatu yang sia-sia. Tidak berdampak pada pahala dan hanya menambah panjang rentetan dosa-dosa.

Tentang siksaan yang akan kita terima, kita serahkan semuanya pada Allah yang mempunyai ampunan. Hanya Allah yang berkenan memberi ampunan atas semua dosa-dosa kita. Atas dosa-dosa semua manusia. Dan hanya kepadaNya-lah semua akan kembali. Kita taati perintahnya, kita minta perkenanNya atas semua do`a kita dan kita serahkan semua hasilnya kepadaNya. Dengan demikian kita bisa berharap akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang beriman, beramal, meminta dan bertawakal hanya kepada Allah swt.

Tak ada rahmat yang lebih besar dari pada sebuah ampunan yang akan menghapuskan sebagian dosa-dosa kita. Sehingga nantinya neraca amalan akan bergerak memberati amalan yang baik, kemudian kalaupun ada hukuman untuk diri kita, tidak seberat yang akan kita terima sebelum Iman membungkus hati kita dan amalan yang baik menghiasi tingkah laku kita.

Untuk itu segera palingkan hati dan diri kita kepada Allah. Kita manfaatkan sisa umur kita untuk berjalan di titian tali Allah. Dengan tetap menjalani ruku` dan sujud, kita langkahkan kaki kita menuju rumah Allah dan kita ulurkan tangan kita untuk membantu sesama. Dengan tujuan untuk mati dalam “Islam” kita wujudkan sebuah impian untuk menjadi seorang umat yang pasrah dan berserah diri hanya kepada Allah swt.

sekian.

Wrote by : Agushar.

Tidak ada komentar: