Kamis, 17 Juni 2010

Mengapa Memilih Islam.


Agama ada untuk mengatur kehidupan manusia. Agama tak bisa lepas dari ibadah kepada sang pencipta alam semesta yaitu Allah swt. Untuk menuntun langkah manusia melalui jalan yang sudah ditentukan, yaitu “jalan” Tuhan. Tuhan yang ahad. Dialah Allah SWT. yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Yang menjadi penentu setiap manusia akan bertempat dimana kelak di akhirat, setelah kita menyempurnakan sisa umur kita. Dalam sebuah pengadilan yang tak ada bantahan di dalamnya. Yang hanya menyediakan dua pilihan antara surga atau neraka.

Islam hanyalah salah satu dari beberapa agama yang ada dan mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup besar. Terutama di benua asia. Seperti agama-agama yang lain, Islam juga menjanjikan “surga” sebagai balasan bagi para pengikutnya yang sanggup memenuhi seluruh permintaan “Tuhan”nya seperti yang ada dalam kitab Al Qur`an dan tuntunan Nabinya, yaitu Rasulullah saw. sebagai penutup para Nabi yang berjumlah 25 nabi.

Islam membawa syariat yang relatif lebih berat dari pada 2 agama samawi sebelumnya. Shalat dengan ruku` dan sujudnya yang berjumlah 17 raka`at minimal dalam waktu sehari semalam, mutlak harus dijalankan oleh pemeluknya. Puasa sebanyak 30 hari atau satu bulan dalam satu tahun juga menjadi satu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Zakat dan sedekah yang harus dibayarkan atau diserahkan untuk kepentingan umat. Juga ada satu lagi sebuah kewajiban yang harus ditunaikan bagi mereka yang mempunyai kemampuan materi berlebih, yaitu haji ke tanah suci Mekkah.

Apakah semua itu cukup menjamin pemeluk agama Islam untuk mendapatkan balasan “surga” ? Ternyata masih belum ! Meninggalkan salah satu dari kewajiban di atas bisa menyebabkan kita jauh dari surga. Tinggal di neraka dengan segala siksa yang ada di dalamnya. Bisa mengakibatkan penyesalan yang berkepanjangan. Juga bisa menyebabkan penderitaan yang menyengsarakan jiwa kita kelak di akhirat. Semua konsekwensi ini sudah “diketahui” oleh hampir semua pemeluknya.

Beberapa kewajiban ibadah tersebut bisa di masukkan dalam amalan atau perbuatan. Tentu yang dikehendaki agama adalah amal atau perbuatan yang shalih atau baik. Artinya, adalah sebuah perbuatan yang akan mendatangkan kebaikan, baik bagi dirinya pribadi maupun orang lain. Tetapi, semua amalan atau perbuatan yang baik sekalipun akan menjadi sesuatu yang sia-sia, apabila tidak di landasi dengan sebuah ke-Iman-an atau keyakinan tentang ada dan kuasanya Allah swt. Dan akan berakibat langsung terhadap balasan yang akan di terima, yaitu neraka.

Iman dan amal yang baik, menjamin diri kita akan memperoleh balasan yang baik pula dari Allah. Tetapi perwujudan “Iman” dan “amal shalih” tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Iman mempunyai bertingkat-tingkat kualitas. Sehingga masing-masing diri akan berada di posisi yang berbeda. Tergantung tingkat kepahaman masing-masing orang terhadap Iman itu sendiri. Dan hanya Iman dengan se-benar-benarnya Iman yang bisa dijadikan dasar untuk beramal atau berbuat kebaikan.

Iman yang asal-asalan tidak bisa dijadikan landasan untuk berbuat baik. Karena dasar yang di gunakan akan bisa berubah-ubah tergantung dari kepentingan apa yang ada di kepala masing-masing orang. Keimanan yang lemah sama sekali jauh dari amalan atau perbuatan yang baik, karena lemahnya Iman seseorang akan cenderung melakukan sesuatu perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur`an. Dan cenderung pula untuk mengingkari ayat-ayat Allah yang ada dalam kitab. Apalagi terhadap perilaku yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw, bahkan lebih-lebih lagi.

Sampai saat ini umat Islam masih berkutat pada masalah “kualitas” Iman, karena bagian terpenting dari pada bangunan amal adalah Iman yang berfungsi sebagai pondasinya. Amal-amal yang demikian baikpun akan jadi fatamorgana jika tidak berada di pondasi yang kuat. Seperti debu yang tertiup angin. Berpindah tempat dan sulit untuk menemukannya kembali. Itulah mengapa peningkatan Iman selalu menjadi prioritas utama dalam pembentukan pribadi seorang muslim.

Iman yang benar-benar kuat akan berimbas pada amal yang shalih. Dan ini adalah sebuah kepastian. Karena keimanan yang kuat akan cenderung untuk memenuhi semua apa yang di perintahkan dalam Al Qur`an dan sunnah-sunnah Nabi saw. Gambaran seseorang yang hidup dengan keteguhan Iman bisa dilihat dan dibaca dalam beberapa ayat seperti 2 ayat dibawah ini.

QS. Al Anfaal : 2.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ﴿٢﴾
“Innamal mu`minuunal ladziina `idzaa dzukirallahu wajilat quluubuhum wa idzaa tuliyat `alaihim ayaatuhu zadathum imaanan wa`alaa rabbihim yatawakkaluuna”.

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.

QS. Al Anfaal : 3.

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ﴿٣﴾
”Alladziina yuqiimuunash shalaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquuna”.

“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.

QS. Ali Imran : 134.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ﴿١٣٤﴾
“Alladziina yunfiquuna fiis sarraa`i wadh dharraa`i wal kazhimiinal ghaizha wal `aafiina `anin naasa wallahu yuhibbul muhsiniina”

”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Tiga ayat diatas adalah gambaran orang yang beriman dengan sebenar-benarnya Iman. Beberapa cirinya adalah : Selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun, suka membaca dan mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah, memelihara shalat, baik shalat wajib maupun yang sunnah. Menunaikan zakat dan suka bersedekah untuk membantu fakir miskin, mampu menahan amarahnya walaupun dia sanggup untuk membalasnya, dan suka berbuat kebaikan.

Ciri-ciri Iman yang sebenarnya adalah seperti gambaran diatas. Tapi dalam pelaksanaan sehari-hari kebanyakan manusia masih jauh dari perilaku tersebut. Belum lagi sifat-sifat yang menjamin berkurangnya pahala seperti iri, dengki, hasad, takabur dan lain sebagainya. Demikian banyak penyebab kita lebih dekat ke neraka dari pada ke surga. Sehingga surga menjadi satu jalan penempuhan yang mempunyai tingkat kesulitan sangat besar.

Itulah agama Islam. Janji surga memang benar. Tapi bukan merupakan jalan yang mudah. Banyak sekali rintangan nyata yang justru menyebabkan kita lebih banyak terjerumus ke dalam jurang neraka. Dan Islam memberikan semuanya dengan transparan. Membahas semua ilmunya dengan begitu rinci. Tidak ada yang harus ditutupi dalam kemudahan masuk jurang neraka. Mereka yang berusaha memahami ilmu Iman dan Islam pasti tahu semua konsekwensi tersebut.

Surga yang dijanjikan adalah surga yang nyata. Dan neraka yang akan diberikan juga neraka yang nyata. Dengan segala bentuk siksaan yang serba menyakitkan dan menyengsarakan. Semua begitu jelas. Sulitnya jalan ke surga dan mudahnya jalan ke neraka menjadikan agama Islam memberikan gambaran yang sebenarnya bahwa lebih mudah untuk masuk neraka dari pada masuk ke surga. ini adalah sebuah pernyataan yang logis. Bahkan sangat logis.

Lantas mengapa banyak orang mempercayai Islam sebagai agamanya ? Bukankah ada agama lain yang banyak menjanjikan mudahnya masuk surga dan janji tidak akan masuk neraka bagi pemeluknya ? Dengan cara beribadat yang lebih ringan dan banyak pula memberikan dispensasi dalam banyak hal yang berkaitan dengan perbuatan atau tingkah laku. Begitu jarang memberikan ancaman atas perbuatan -perbuatan buruk yang dilakukan oleh pemeluknya. Yang memberikan persepsi bahwa agama hanya di dalam tempat peribadatan. Diluar tempat ibadah, agama tidak perlu dibawa-bawa.

Banyak “hati” meyakini Islam sebagai agama yang “benar”. Agama yang membawa kejujuran. Yang tidak hanya berbicara tentang surga, tetapi juga jelas mengambarkan neraka dan apa saja yang menyebabkan masuknya. Banyak pula orang menjauhi Islam. Karena beratnya syariat yang harus di jalankan. Karena begitu sulitnya jalan ke surga dan begitu mudahnya jalan ke neraka. Mereka lari ketakutan. Mencari sebuah agama yang memberikan banyak kelonggaran dan memberikan kemudahan dalam mencapai surga.

Shalat minimal lima waktu bukanlah perkara yang mudah bagi orang yang tidak memiliki Iman yang kuat. Bangun dari tidur untuk shalat di waktu orang lain nyenyak tidur bukanlah perkara yang ringan. Shalat diwaktu banyak orang berpikir mengisi perut di siang hari juga tidak mudah. Juga shalat di waktu lelah-lelahnya badan disaat ashar. Belum lagi shalat magrib di saat banyak makanan tersedia di meja makan. Dan shalat Isyaa diwaktu nikmatnya hiburan malam di luar rumah maupun di dalam rumah melalui setan kotak atau televisi.

Itu baru shalat wajib, belum shalat-shalat sunnah yang mengikutinya. Apalagi perintah untuk shalat malam seperti yang selalu dilakukan oleh Rasulullah saw. Juga kewajiban Puasa wajib dan puasa-puasa sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah. Dan keharusan sedekah dengan harta yang kita cintai. Memang Islam agama yang penuh dengan syarat-syarat yang tidak ringan. Hanya manusia yang bisa melihat sebuah kebenaran yang akan rela masuk ke dalam agama Islam.

Semua itu dikarenakan kejujuran yang di bawa Islam. Islam membawa ajaran yang “orisinil” dalam sebuah kitab yang “orisinil” pula. Tidak ada perubahan di dalamnya. Dan surga yang di janjikan adalah surga yang “orisinil” seratus persen. Bukan surga “imitasi” yang banyak diedarkan di dunia. Maka dari itu jalan yang harus ditempuhpun juga begitu sulit. Kalau dihitung biaya, pasti biayanya “mahal” karena yang akan di dapat juga barang yang mahal pula yaitu sebuah surga yang “orsi”. Biaya adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh pemeluknya. Dari mulai kewajiban yang harus dipenuhi sampai usaha menjaga diri dan jiwa agar supaya tetap dalam keadaan bersih dan suci. Itulah agama Islam.

Apakah mereka yang menyatakan diri beriman, yang melakukan shalat lima waktu, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik sudah terbebas dari ancaman neraka ? Ternyata belum juga ! Seluruh amalan atau perbuatan yang kita anggap baik belum tentu bernilai baik dihadapan Allah sebagai dzat yang paling berhak memberikan balasan atau pahala. Hanya perbuatan baik yang didasarkan pada Allah saja yang akan mempunyai nilai. Yang tidak didasarkan pada Allah tidak akan mempunyai nilai akhirat. Karena segala perbuatan yang tidak di dasarkan hanya karena Allah semata, pasti mempunyai tendensi balasan keduniaan. Kita sering menyebutnya dengan kata riya`.

Iman yang benar dan amalan shalih yang berlandaskan ikhlas karena Allah, yang akan memberikan jaminan surga bagi pengamalnya. Dan itu bukan perkara yang ringan. Bukan pula perkara main-main. Sehingga bagi siapa saja yang menjadikan Agama Islam sebagai suatu permainan belaka, niscaya dia akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatannya. Dan Allah maha mengetahui seluruh apa yang dilakukan oleh manusia, bukan saja yang nampak di mata, tapi juga apa yang tersirat di hati kita. Sebuah amalan bisa dianggap baik jika diawali dengan niat yang baik dan dilakukan dengan hati yang ikhlas karena Allah.

Kebanyakan manusia menganggap berat beragama Islam. Tapi Allah maha benar dengan segala firmannya. Bahwa Allah tidak akan memberikan beban kepada manusia melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dengan demikian semua apa yang telah diperintahkan sudah diukur dengan kekuatan atau kesanggupan manusia sendiri. Tidak ada manusia yang tidak sanggup menjalani perintah Allah kecuali manusia yang tidak punya keyakinan tentang Allah. Kecuali keengganan mengakui sebuah kebenaran. Walaupun kebenaran itu telah dianggukkan oleh seluruh alam. Kecuali orang-orang yang membungkus dirinya dengan selimut kemalasan yang diproduksi oleh setan.

QS. Al An`am : 125.

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ﴿١٢٥﴾
”Faman yuridillahu an yahdiyahu yasyrah shadrahu lil `islaam, waman yurid anyudhillahu yaj`al shadrahu dhayyiqan harajan ka`annamaa yasha`adu fiissamma`i, kadzaalika yaj`alullahur rizsa `alalladziina laa yu`minuuna”

”Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.

Lalu untuk apa kita mempertahankan diri dalam Agama Islam ? Tak lain karena Islam adalah agama Allah. Dan karena kejujuran yang dibawa oleh Agama Islam sendiri. Keseimbangan informasi tentang surga dan neraka menjadi pertimbangan sendiri bagi orang yang “sadar” tentang agama. Agama yang mempunyai hukum yang tegas. Yang akan membukakan pintu yang lebar bagi yang berhak surga, dan akan rela memberikan banyak pengikutnya yang berdosa kedalam “jurang” neraka yang paling dalam. Sebuah prinsip yang benar-benar konsisten. Tak ada rekayasa dan tawar menawar untuk surga dan neraka. Semua sudah jelas. Tinggal tergantung kita yang menjalaninya.

QS. Ali Imran : 83.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ﴿٨٣﴾
“Afaghaira diinillahi yabghuuna wa lahu aslama man fiis samaawaati wal ardhi thau`an wa karhan wa ilaihi yurja`uuna”.

”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”.

Apalagi yang membuat mereka bertahan dalam Islam ? Harapan akan dapatnya sepercik ampunan dari segala dosa yang telah banyak kita lakukan. Melalui jembatan taubat, setitik harapan kita gantungkan. Karena kejujuran dan kesungguhan janji ampunan dari segala dosa, kita nekad bertahan dalam kereta Islam. Walaupun saat ini kita hanya bergelantungan di kanan dan kiri kereta, namun kita semua punya harapan akan sampai di tujuan, walau dengan keadaan yang babak belur karena hempasan angin dan benturan-benturan yang akan kita dapatkan.

Masihkah ada lagi sandaran harapan yang lain ? Marilah kita perhatikan satu ayat dibawah ini. Yang menganjurkan untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Dan janganlah seseorang mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.

QS. Ali Imran : 102.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴿١٠٢﴾
“Yaa ayyuhal ladziina aamanuut taqullaha haqqat tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuuna”

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Penggalan ayat ini mempunyai makna yang dalam. Tapi sebagian dari kita menganggap kematian dalam agama Islam akan memberikan keselamatan kelak di akhirat. Tidak. Tidak begitu. Islam adalah sebuah agama yang membawa kebenaran. Dan tidak akan pernah mengingkari sebuah kebenaran. Mereka yang memilih agama Islam harus “benar-benar” Islam. Kata Islam bisa bermakna “berserah diri” hanya kepada Allah. Dan kondisi itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang “beragama” Islam yang sudah mencapai derajat “Muttaqiin”. Bukan orang-orang yang hanya memeluk agama Islam untuk memberi label pada dirinya sebagai “Muslim”.

Kata muslim lebih banyak dimaknai dengan “pemeluk” agama Islam. Bukan sebagai orang-orang yang berserah diri hanya kepada Allah. Sehingga banyak dari diri kita nanti justru “singgah” di neraka karena salah dalam mempersepsi ayat. Sehingga kita begitu menikmati hidup sebagai orang Islam tanpa harus mempelajari dan memahami apa sebenarnya menu yang disediakan oleh Islam sebagai agama.

Untuk itulah kita harus segera bangun dari mimpi yang kita buat sendiri. Dengan menggugah kesadaran spiritual kita untuk lebih banyak mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang harus kita lakukan sebagai orang yang beragama Islam. Agar kita tahu bagaimana beragama dengan benar dan agar kita tahu apa yang diberikan agama kita serta agar kita tahu apa yang harus segera kita lakukan demi “ke-Islam-an” kita

sekian.

Wrote by : Agushar.

Tidak ada komentar: