Jangan keburu berpikiran negatif. “Menjual” diri yang akan saya sajikan bukanlah “trafficking”. Atau sejenis jual beli dalam “perbudakan”. Tidak. Sekali lagi tidak ! Menjual diri yang akan kita bahas adalah “menawarkan” diri dengan segala kemampuan yang kita miliki ke “pasar” sumber daya manusia. Lebih tepat lagi, mempersiapkan diri ke dalam persaingan pasar tenaga kerja yang semakin lama semakin menuntut kita untuk lebih banyak mengeksplor bakat dan kemampuan yang ada pada diri kita. Sesuatu yang mau atau tidak mau harus kita pertimbangkan jika kita perduli pada diri dan masa depan kita sendiri.
Dalam keseharian kita banyak menghadapi permasalahan pekerjaan yang bermuara pada “perniagaan”. Dan sebuah perniagaan tidak pernah lepas dari kata “pasar”. Dimana didalamnya terdapat transaksi berupa permintaan dan penawaran yang berakhir dengan sebuah keputusan untuk “membeli” atau membatalkan sebuah rencana pembelian. Sedikit dari kita yang menyadari kalau “pasar” sumber daya manusia juga beraktifitas seperti layaknya “pasar” hasil produksi sebuah perusahaan. Mereka yang melirik “ilmu” memasarkan diri masih terbatas pada level-level tertentu. Belum menyentuh semua level tenaga kerja. Padahal, untuk saat ini semua level sumber daya manusia harus benar-benar menyadari kalau dirinya sudah masuk dalam aktifitas “market” dan “marketing”
Seorang pekerja yang beorientasi “asal kerja”, memahami bahwa pekerjaan, dimanapun tempatnya adalah “sama”. Posisi di tempat kerja bukanlah sesuatu yang penting. Asal sudah mendapat pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan sudah “alhamdulillah”. Soal posisi itu urusan nanti. Jika beruntung bisa saja akan berubah ke posisi yang lebih baik, tapi jika tidak ya dijalani saja. Semua sudah ada yang mengatur. Lahir, rezki, dan mati itu urusan Tuhan, oleh sebab itu tidak usah terlalu “ngongso” atau berambisi untuk meraih posisi yang tinggi. Jangan-jangan nanti malah jatuh dan “cacat” mental.
Ada pula mereka yang bersikap cuek atau tidak perduli. Mereka tidak perduli tentang bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses produksi, peralatan yang dihadapi, hasil produksi. Mereka juga tidak perduli tentang perintah atasan yang harus di taati, aturan-aturan perusahaan yang harus diikuti, bahkan mereka tidak perduli pada situasi dan kondisi tempat kerja serta rekan-rekan kerja yang bersama-sama bekerja setiap hari. Kata “Gak Ngurus” sangat akrab di ucapannya setiap kali di ingatkan rekan-rekannya tentang sifat dan perilakunya yang “menyebalkan”.
Orang-orang seperti ini biasanya akrab dengan perilaku sombong, merasa pinter, merasa benar, merasa selalu berbuat baik, merasa dibutuhkan. Padahal tidak ! Tenaga kerja saat ini sudah demikian banyaknya yang siap masuk ke semua devisi kerja yang ada di setiap perusahaan. Mereka yang berlaku “bodoh” dalam pekerjaan mungkin baru akan menyesal jika sudah kehilangan pekerjaan yang mereka “cintai' dan merasakan betapa sulitnya mencari jenis pekerjaan seperti yang mereka miliki sebelumnya. Jika kita tidak segera berbenah bukan tidak mungkin sebuah “kesalahan” dalam bersikap bisa menjadi bumerang yang menyerang dan menusuk ke jantung kita sendiri.
Saat ini sudah tidak lagi diperlukan sikap sombong, merasa pinter, merasa disenangi rekan kerja apalagi merasa dibutuhkan oleh perusahaan. Yang diperlukan pasar kerja saat ini adalah mereka yang siap bekerja baik dari segi fisik maupun psykis. Karena keduanya telah menjadi sebuah simbol kemasan dan isi serta kualitas yang ada pada setiap diri kita. Jika anda tertarik untuk mengetahui beberapa tip agar kita tidak terlalu ketinggalan dalam tehnologi sumber daya manusia. Anda bisa mempertimbangkan beberapa kiat di bawah ini agar anda bisa memasang kaca cermin di depan mata anda. Sehingga anda akan mengetahui apa saja kelemahan yang saat ini anda “pelihara” dan menjadi kartu “mati” di hadapan rekan dan atasan anda.
Tips meningkatkan kemampuan diri dalam bekerja.
Percaya Diri : Kenali diri anda dan jangan melakukan perubahan secara frontal terhadap penampilan selama ini. Sebuah kebohongan dalam tampilan akan lebih cepat terlemparnya diri kita ke tempat “sampah”. Perbaiki apa yang sudah ada dalam batas kewajaran. Misalnya cara berpakaian, berjalan, duduk dsb. Bisikkan kata-kata pada hati bahwa, “aku bisa melakukannya !”, hingga anda memperoleh motivasi untuk berusaha dengan lebih bersemangat.
Komunikasi yang baik : Komunikasi menjadi suatu yang amat penting untuk memperkenalkan diri kita dan memperoleh informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan. Jangan mendominasi pembicaraan yang bisa mengakibatkan jenuh yang mendengar. Usahakan juga untuk selalu bersedia menjadi pendengar yang baik untuk kemudian memberikan umpan balik yang saling melengkapi. Hingga sampai pada sebuah kesimpulan yang lebih sempurna.
Aktif : Bersikap aktif dalam bekerja akan memberikan nilai lebih dari pada bersikap pasif dan cenderung menunggu. Sikap aktif akan banyak membantu terselesaikannya pekerjaan dengan lebih cepat. Tidak banyak meninggalkan sisa pekerjaan yang cenderung memancing “lembur”. Sebab sikap pasif kadang justru sengaja di ciptakan untuk menjaring ”uang” lembur. Atau kelihatan aktif tapi tidak menghasilkan sesuatu. Cuma sekedar action saja agar kelihatan sibuk.
Berinteraksi dengan rekan kerja : Bergaul dengan rekan kerja dan buat diri anda “berarti” dihadapan rekan-rekan anda. Dengan gerak tubuh yang wajar dan gaya bicara yang baik serta isi pembicaraan yang ber”mutu”. Lalu dirangkai dengan perilaku sopan dan sikap yang santun, tidak merasa diri lebih tinggi dan tidak pula merendahkan rekan yang lain, maka anda akan jadi sesuatu yang berbeda bagi rekan-rekan anda.
Mengasah bakat : Tentukan dan pastikan tentang sesuatu yang anda suka dan kuasai. Lantas jangan ragu-ragu untuk memulainya. Jika minat sudah tumbuh pasti akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan akan memancing keinginan tahu orang lain serta keinginan untuk mengenal lebih dekat. Tentu saja ini adalah sebuah kesempatan untuk memperkenalkan diri dan kemampuan kita.
Teruslah berusaha : Jika anda pernah mengalami kegagalan dalam sebuah usaha untuk meraih sesuatu, janganlah selalu merasa dihantui kegagalan tersebut. Teruslah berusaha dengan cara yang lebih baik. Pengalaman masa lalu akan bisa menjadi guru yang baik, asal kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi serta tidak mudah putus asa.
Manfaatkan kesempatan yang ada : Gunakan semaksimal mungkin kesempatan yang ada dan jangan pernah menyia-nyiakannya. Sebab kesempatan jarang datang dua kali dalam jangka waktu yang berdekatan. Segeralah ambil peluang yang sudah ada di depan mata, jika tidak ingin peluang itu diambil orang lain yang juga menginginkannya. Karena kecepatan dalam bertindak atau menggunakan peluang akan memberikan kesempatan kepada kita untuk memperoleh point atau angka-angka penilaian dari atasan atau pimpinan kita dengan lebih cepat pula.
Menghargai waktu : Jangan pernah menunda atau memperlambat pekerjaan. Sebab trend pekerja kebanyakan adalah memperlambat untuk mendapatkan kesempatan “lembur”. Karena orientasi “uang” masih menjadi isi “kepala” sebagian besar pekerja. Bekerjalah tepat waktu jika dan akhirilah pekerjaan pada waktunya juga, jika anda tidak ingin mendapatkan label “time thief” atau pencuri waktu.
Jaga kondisi kesehatan : Olah raga yang teratur serta asupan makanan yang sehat akan mengurangi resiko sakit, walau tidak dapat menghindarkan diri semua penyakit. Setidaknya sudah ada usaha untuk selalu berada dalam kondisi selalu sehat. Sebab hanya tubuh yang sehat yang bisa memberikan kontribusi yang maksimal untuk sebuah prestasi. Jika sering sakit atau absen otomatis kita kehilangan banyak kesempatan untuk meraih point.
Jangan mudah bosan : Jika kita dihinggapi rasa mudah bosan, berarti selamanya kita tidak akan bisa meraih apa yang seharusnya bisa kita raih. Cintailah apa yang selama ini anda dapat dan miliki. Jangan pernah lepaskan sebelum datang pengganti yang jauh lebih baik. Ganti rasa mudah bosan dengan mencintai apa yang ada di sekitar kita. Sehingga kita akan merasa betah dan bersemangat untuk menyelesaikan semua tugas-tugas yang ada di depan kita.
Pahami karakter orang lain : Hal ini penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja. Menumbuhkan sikap toleransi terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada rekan kerja kita. Dan menghindarkan diri dari perkataan atau ucapan yang akan menyinggung atau menyakiti perasaan mereka yang kita ajak bicara. Dengan demikian kita bisa bertindak lebih arif dalam mensikapi kelebihan dan kekurangan seseorang yang setiap hari berinteraksi dengan kita.
Dan yang lebih penting lagi adalah pandai-pandai membawa diri dalam segala situasi. Usahakan untuk selalu introspeksi diri terhadap segala kekurangan kita. Tingkatkan kemauan untuk selalu bisa bekerja sama dengan rekan yang lain, jangan selalu menunggu untuk di perintah. Perhatikan selalu ucapan yang keluar dari lisan kita , barang kali ada yang mengusik perasaan lawan bicara kita. Perhatikan juga nada bicara kita, kira-kira terasa enak di dengar telinga orang lain apa nggak. Juga perhatikan respon rekan-rekan kita terhadap diri dan tingkah laku kita. Dan jangan merasa berat untuk meminta maaf apabila dirasa ada ucapan atau kata yang tidak seharusnya kita katakan.
Biasanya seseorang akan merasa kalau mereka banyak di sukai rekan-rekannya. Padahal tidak demikian. Sebenarnya banyak rekan kita yang “sebel” sama kita, karena tingkah laku kita selama kita bergaul dengan mereka. Hal ini kebanyakan tidak kita sadari. Seseorang kadang tidak merasa kalau rekan adalah “pita perekam magnetis” segala sifat dan sikap kita. Dan rekaman itu tidak mudah hilang terhapus begitu saja. Rekaman sifat dan sikap kita di rekan-rekan kita adalah sebuah “image” tentang diri kita yang sebenarnya. Walaupun kadang juga kurang realistis karena terlalu bersifat subyektif dalam penilaiannya terhadap diri kita.
Yang paling “save” adalah selalu berusaha berinteraksi dengan rekan secara santun, baik tingkah laku, ucapan yang enak didengar dan tidak menyakitkan perasaan, kepedulian terhadap kesulitan teman, suka memberi bantuan walaupun sekedar saran. Lalu bekerja dengan kejujuran, semangat, mengambil peran jika beban kerja kurang atau terlalu sedikit. Tidak memecah konsentrasi kerja dengan kepentingan pribadi yang cenderung membawa keuntungan finansial. Tidak suka menyimpan dendam, apalagi menebarkan kebencian yang menjurus ke pembunuhan karakter seseorang rekan.
Mudah-mudahan paparan diatas bisa sedikit membantu kesulitan kita dalam memahami sifat ego yang ada pada diri kita. Juga bisa sedikit mengurangi sifat narsis atau terlalu bangga terhadap diri sendiri yang kadang menghinggapi hati kita. Dan mudah-mudahan pula sedikit demi sedikit kita akan memahami bahwa pembentukan diri dengan karakteristik yang menarik akan menaikkan nilai “jual” kita ke “pasar” sumber daya manusia. Sehingga tanpa “memohon” otomatis kita akan “dilirik” oleh pengguna jasa tenaga kerja untuk di berikan “place” and “job” serta “salary” yang juga tak kalah menarik.
Selamat mengubah penampilan dan pembawaan diri serta selamat meningkatkan kemampuan untuk dapat bersaing di pasar sumber daya manusia atau di bursa tenaga kerja berkualitas. Syukuri apa yang anda dapatkan saat ini, sebab diluar masih banyak tenaga kerja yang jauh lebih baik dari kita. Baik dari segi penampilan fisik, komunikasi, sikap dan bahasa tubuh serta kemampuan mengenai bidang kerja maupun royalitas dan loyalitasnya terhadap rekan dan perusahaan.
Sekian.
Ditulis oleh : Agushar, 17 Juli 2010.
Minggu, 18 Juli 2010
Trik "Menjual" Diri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar