Rabu, 25 Mei 2011

Kontes Keindahan Kaki


Kata kaki belalang pertama kali saya dapatkan di novel detektif Nick Carter di waktu saya masih berumur belasan tahun. Dan saat ini kata tersebut sering melintas lagi di otak saya. Lalu saya coba untuk meneliti kata tersebut dengan fisik kaki belalang yang sesungguhnya. Tak ada sesuatu yang istimewa selain bentuk yang simetris dan ideal antara bagian depan atau paha dan bagian belakang atau kakinya. Yang paling khas pada diri kaki belalang adalah sebuah “ketelanjangan”. Karena belalang selalu tampil “no wear” alias tanpa busana. Dengan ringan tanpa beban belalang “menyelesaikan” hidupnya dengan kebebasan tanpa busana.

Belalang tetaplah belalang. Ketelanjangan belalang tidaklah menggugah syahwat manusia, terutama laki-laki. Tapi bagaimana jika ketelanjangan bagian bawah dari tubuh itu terjadi pada banyak wanita di muka bumi ? Sebuah kepastian adalah kerusakan “otak” yang berakibat pada kebobrokan moral. Karena bagian bawah tubuh perempuan adalah sesuatu yang paling menggugah syahwat laki-laki. Dan kita sudah bisa memperkirakan, apa yang ada di benak kaum laki-laki jika di depan matanya terpampang pemandangan yang mengundang selera syahwat. Tidak lain adalah “mundur” atau “maju terus pantang mundur”. QS. Al A`raaf 26.

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ﴿٢٦﴾
“Yaa baniiaadama qad anzalnaa `alakum libaasan yuwaarii sauatikum wariisyan, walibaasuttaqwaa dzaalika khairun, dzaalika min aayaatillahi la`allahum yadzakkaruunna”.

”Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Aurat harus tertutup pakaian. Baik laki-laki maupun perempuan. Dan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Mengapa harus tertutup ? Kalau kita bertaklid buta terhadap ayat tentu tidak akan ada lagi pertanyaan seperti itu. Karena apa yang difirmankan dalam kitab adalah sebuah jaminan kebenaran dari Allah swt. Tapi keyakinan tanpa proses kadang juga menimbulkan keraguan. Dan aurat harus tertutup, karena di aurat tersimpan harga diri manusia. Di aurat tersimpan “malu” yang sangat besar. Yang jika terungkap bisa meporak-porandakan harga diri manusia sebagai ciptaan paling sempurna.

Ada nikmat yang “luar biasa” dalam aurat manusia. Yang membuat pikiran manusia akan selalu tertuju kepadanya. Karena manusia akan cenderung untuk mengulang-ulang sesuatu yang menyenangkan hatinya. Dan setan sangat senang pula bersarang pada sesuatu yang bisa dengan mudah meruntuhkan Iman. Jika pikiran manusia sudah terpancang pada nikmat yang ada pada aurat, maka sudah bisa dipastikan manusia tersebut akan sulit pula meng-Imani ayat-ayat yang ada di dalam kitab, terutama Al Qur`an. Karena mengumbar nafsu syahwat adalah sesuatu yang sangat dilarang oleh Allah. Dan manusia akan “nekad” melawan larangan-larangan Allah hanya demi kebebasan melampiaskan syahwatnya.

Mereka yang berada di luar Islam dan berada di negara bebas tak terbatas, mengekspresikan aurat mereka dengan bebas pula. Tak ada lagi batasan-batasan logis dalam berpakaian demi kebebasan syahwat. Kita yang berada jauh dengan mereka meyakini pula bahwa mereka begitu menikmati kehidupan bebas tak terbatas tersebut. Terutama dalam hal syahwat. Begitu bebas mereka mengumbar auratnya sehingga ketelanjangan seperti sebuah keharusan demi “back to nature”. Sebuah alasan yang mengada-ada untuk sebuah kepentingan maksiat yang sangat besar. Seakan-akan kebebasan perilaku mengumbar syahwat adalah sebuah kebutuhan paling utama dalam sebuah kehidupan manusia.

Karena sudah menjadi keinginan yang tidak bisa dibantah. Sebuah ketelanjangan lambat laun membentuk diri sebagai budaya. Sebuah budaya telanjang yang melibatkan kaum perempuan sebagai obyek utama. Sebuah budaya yang sebenarnya hanya mengeksploitasi tubuh wanita dan menempatkan perempuan di tempat yang paling rendah dibagian kehidupan manusia. Tapi seperti kita lihat, tidak sedikit pula perempuan yang suka dan menyediakan dirinya menjadi bagian dari budaya ini. Dengan berbagai alasan sosial maupun ekonomi, mereka para perempuan dengan sukarela menyediakan diri masuk dalam budaya yang sebenarnya menginjak-injak derajat dan martabat diri mereka.

Seperti yang kita lihat pula dalam kehidupan sekitar kita sehari-hari. Masyarakat yang sebelumnya jauh dari budaya telanjang, lambat laut larut pula dalam budaya tersebut. Walaupun masih bisa dikatakan setengah telanjang. Semakin hari semakin banyak kita temui perempuan di sekitar kita yang memakai pakaian begitu ketat. Yang menampakkan dengan jelas bentuk dan lekuk tubuh sampai begitu detil. Semakin banyak pula perempuan di negara yang mayoritas penduduknya muslim ini berpakaian minim dengan celana pendek mendekati pangkal atas kakinya. Maka kita patut pertanyakan kepada mereka ini, apakah mereka menganut agama Islam ? Ataukah mereka bagian dari orang-orang yang mengingkari Al Qur`an ?

Sudah jelas bagi mereka yang merasa muslim atau muslimah. Bahwa aurat wanita harus tertutup. Dan perintah itu merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Orang-orang Islam bukanlah orang-orang yang terkutuk menjadi kera dan babi. Orang Islam adalah orang yang berderajat tinggi dan menjunjung martabatnya di hadapan Allah dan dihadapan alam semesta. Orang Islam adalah orang yang berjalan di kehidupannya dengan petunjuk Allah, yaiitu Al Qur`an. Sehingga mutlak perlu dipertanyakan pada mereka para perempuan yang berpakaian ketat hingga nampak bentuk dan lekuk tubuhnya dan mereka perempuan yang memamerkan pahanya di tempat umum, apakah mereka orang Islam ? Ataukah mereka orang yang dikutuk sebagai manusia yang berperilaku seperti kera dan babi ?

Saat ini, di tahun 2010 yang sedang berjalan ini. Begitu banyak kita temui perempuan dengan bangga dan kepercayan diri yang kuat berjalan-jalan di tempat umum dengan paha yang hampir terbuka semua. Ditahun ini pula kita tidak sulit untuk melihat dan menemui perempuan berpakaian minim dan ketat di hampir semua tempat. Begitu ironis sekali. Islam yang jelas-jelas melarang perbuatan-perbuatan tersebut telah dengan mudah pula terinjak-injak dengan perilaku mereka yang mengaku diri sebagai bagian dari masyarakat muslim. Identitas mereka menunjukkan bahwa mereka penganut agama Islam, tapi cara berpakaian dan tingkah lakunya sehari-hari jauh dari ajaran Islam.

Mengapa bisa terjadi seperti ini di bumi yang mayoritas rakyatnya ber KTP Islam ? Padahal sudah jelas, agama Islam mengajarkan pokok-pokok kehidupan ibadah kepada Allah swt. Sudah jelas pula perintah-perintah yang harus ditaati, juga larangan-larangan yang harus dijauhi. Tapi dalam keseharian kita justru lebih akrab dengan semua perilaku yang dilarang oleh Allah. Hal seperti ini terjadi pada kaum perempuan dan kaum laki-laki. Kalau kaum perempuan “suka” dan “ikhlas” menampakkan bagian dada, lengan dan hampir seluruh kakinya. Kaum laki-laki suka “bedhigasan” di jalan-jalan dan tempat-tempat umum. Suka menenggak “miras” dan suka “memelototi” aurat wanita di tempat-tempat umum yang “sengaja” mengingkari ajaran Islam.

Semua yang terjadi saat ini, baik kemerosotan ilmu maupun kemerosotan moral lebih banyak diakibatkan karena kita suka memelihara sikap munafiq. Kita mengaku Islam tapi kita tidak tahu apa-apa tentang Islam. Ajaran hidup beribadah yang demikian indah sengaja kita tutupi oleh gemerlapnya materi keduniaan. Bahkan demi materi kita bersedia untuk menukarnya dengan iman. Kalau dulu ketelanjangan hanya ada di bursa seks. Gambar di majalah. Lalu menular ke layar perak. Kemudian menjangkiti artis layar kaca. Dan saat ini pakaian “minimalis” sudah menjadi penyakit menular yang semakin lama semakin banyak penderitanya. Jalan-jalan dan tempat-tempat umum sudah menjadi ajang kontes kaki-kaki telanjang perempuan. Mereka berlomba untuk saling mengangkat jauh pakaian bawah mereka dari lutut.

Memang tidak bisa di pungkiri kalau banyak dari mereka adalah sekumpulan orang-orang yang ingkar terhadap Islam dan semua keyakinan yang ada di dalam Agama Islam. Mereka adalah sekumpulan orang-orang yang ingkar pada ketauhidan Allah. Tapi tidak bisa dipungkiri pula kalau banyak juga dari mereka yang memegang identitas beragama Islam tapi lebih suka berperilaku seperti orang-orang di luar Islam. Orang-orang seperti inilah yang sebenarnya sedang berperan menghancurkan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Meskipun kadang mengelak dengan bermacam alasan, tapi yang pasti adalah sebuah pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah yang ada dalam Al Qur`an. Yang juga menjadi pertanyaan adalah bagaimana mereka bisa dengan bebas melakukan “pelecehan” terhadap ayat-ayat Allah dengan pengingkarannya tersebut ?

Memang benar bahwa “ber-agama” tidaklah ada paksaan. Terutama untuk agama tauhid, Islam. Sehingga untuk patuh atau tidaknya seseorang kepada ajaran Islam juga tidak bisa dipaksa-paksa. Tapi harus diingat, bahwa mereka yang membawa identitas Islam adalah pengemban amanat Iman dan amalan salih. Sehingga ketika seseorang dengan sengaja melakukan pengingkaran terhadap ayat-ayat yang ada dalam Al Qur`an, seketika itu juga mereka harus berpikir tentang keIslaman mereka. Karena “malu” adalah sebagian dari Iman. Dan kesungguhan keyakinan adalah sebuah tuntutan dari sebuah kesaksian. Jika sebuah kesaksian bermula dari sebuah keyakinan, niscaya ketundukan menjadi sebuah harga mati yang tidak bisa di tawar-tawar lagi.

Lantas bagaimana dengan mereka yang sudah bersyahadat tapi tidak mau tunduk dan patuh pada apa yang diperintahkan ? Dua kemungkinan bagi mereka, pertama adalah sebuah kebohongan dan yang kedua adalah sebuah pembangkangan karena keraguan Iman. Mereka adalah pembohong, karena bersaksi tanpa keyakinan. Mungkin ada tendensi tertentu mereka mengucap dua kalimat syahadat. Menginginkan sebuah keselamatan atau kemudahan dalam urusan atau mereka sengaja menyusup ke dalam komunitas agama Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Biasanya yang seperti ini dilakukan oleh orang-orang berilmu yang kebenciannya terhadap Islam sudah begitu dalam. Hingga mereka menyediakan diri untuk berpura-pura Islam, tapi banyak menulis tentang sesuatu yang banyak menjadi penyebab perpecahan orang-orang mukmin.

Sedangkan pengingkaran yang banyak dilakukan oleh para perempuan dalam hal menutup aurat lebih banyak dilakukan karena sifat “narsis”. Karena bangga dengan dirinya, kecantikannya, kemolekan tubuhnya dan keyakinan akan banyak menarik perhatian lawan jenisnya serta keyakinan bahwa tubuhnya mempunyai nilai komersial yang tinggi. Sehingga mereka berlomba menaikkan pakaian bawahnya dan memendekkan pakaian atasnya. Mereka meyakini bahwa pakain mereka hanya mengikuti mode yang ada. Dan mereka tidak pernah menyadari bahwa keinginan untuk menampakkan aurat adalah hasil kinerja setan yang selalu berbisik ke telinganya.

Sebagian besar dari kita, baik laki-laki maupun perempuan memang lebih suka tunduk pada bisikan setan dari pada mematuhi perintah Allah dalam Al Qur`an. Dan setan paling suka memalingkan mata dan pikiran laki-laki pada bagian terbuka dari tubuh perempuan selain pada harta materi. Sedangkan para perempuan lebih suka diperhatikan. Apalagi diperhatikan kaum laki-laki. Sehingga banyak perempuan menggunakan banyak cara hanya untuk mendapatkan perhatian dari kaum laki-laki. Salah satu trik paling jitu untuk menarik perhatian kaum laki-laki adalah menggoda syahwatnya. Maka tidaklah mengherankan kalau para perempuan berlomba-lomba mengikuti trend mode minimalis dengan memaksimalkan daya tarik seksualnya. Hingga banyak laki-laki “guncang” imannya.

Terlepas dari semua hal tersebut diatas, mungkin memang begitulah tanda-tanda dekatnya hari kiamat. Keruntuhan Iman dan kemerosotan moral menjadi sesuatu yang sulit untuk dihindarkan. Hingga kita yang hidup saat ini juga “ikhlas” untuk menjadi bagian dari tanda-tanda kiamat itu sendiri. Tapi benarkah hari kiamat itu akan segera datang dan kita menjadi saksi kebenaran janji-janji Allah tentang hari kiamat ? Beruntunglah kita, karena Allah masih memberikan kesempatan untuk bertobat kepada kita. Peringatan Allah berupa banyaknya bencana secara beruntun yang terjadi di negara kita menjadi pemicu akal kita untuk merenungkan kembali keberadaan kita sebagai makhluk ciptaan Allah swt.

Kemaksiatan yang terjadi selama ini adalah karena tidak adanya kesungguhan kita, baik laki-laki maupun perempuan untuk menerima Islam secara “kaffah” dan Ikhlas. Kita hanya mau agama Islam tapi tidak mau aturan-aturannya. Selama ini kita hanya 1ber-islam di identitas saja. Kewajiban-kewajiban yang mutlak harus dikerjakan kita lalaikan begitu saja. Shalat, sedekah, puasa kita anggap sebagai sebuah beban yang sangat berat. Setiap saat kita tujukan mata dan pikiran kita pada materi dan budaya orang-orang barat yang non muslim. Hingga Islam yang kita anut sama sekali tidak punya tempat di hati atau jiwa kita. Akibatnya adalah pikiran kita dipenuhi oleh pemikiran dan perilaku orang non muslim.

Masih belum terlambat untuk kembali ke jalan Allah. Kesempatan tobat diberikan oleh Allah seluas-luasnya kepada kita. Tidak ada jalan lain untuk menghentikan kehancuran umat kecuali dengan mengisi jiwa dengan Iman. Betapapun sulit, Iman harus menjadi penghuni utama bilik-bilik hati kita. Hingga secara naluri pikiran dan semua bagian tubuh kita akan mengikuti dan menerima konsekwensi Iman secara ikhlas. Karena jika Iman menjadi tuan di dalam jiwa maka amal shalihpun akan mengalir dengan sendirinya. Hal itu tidak akan kita dapatkan hanya dengan pengakuan sebagai orang Islam saja. Iman akan kita dapatkan jika kita rela dan bersedia untuk memahami ilmu tentang Iman itu sendiri.

Benteng pelindung diri dari kemaksiatan adalah Iman yang kuat. Yang memberikan keyakinan tentang wujudnya Allah dan semua yang dijanjikannya kepada kita. Jika kita paham tentang Islam dan pokok-pokok ajaran Islam, lantas selalu berusaha untuk mempertebal Iman, niscaya kita akan selalu berpikir seribu kali untuk melanggar larangan-larangan Allah. Baik dalam hal perilaku maupun tata cara berpakaian dan menutup aurat. Mudah-mudahan kita semua mau berpikir dan menggunakan akal dan hati kita untuk mempertimbangkan segala sikap dan tingkah laku kita agar kehidupan kita jauh dan terbebas dari segala bala` dan bencana yang telah banyak menelan korban baik nyawa maupun harta yang telah kita miliki.

Sekian.

Agushar, 02 Nopember 2010.

Tidak ada komentar: