Minggu, 07 Februari 2010

Bonek dan Chauvinisme

“BONEK” & Chauvinisme.

Fanatisme.

Chauvinisme bisa di artikan fanatisme lokal atau dalam skala yang lebih besar, perasaan fanatis yang berlebihan terhadap kelompok, suku, atau kedaerahan atau bahkan mungkin terhadap negara. Mereka bahkan rela mati untuk membelanya. Kadang pembelaan itu tanpa dilandasi oleh akal sehat lagi. Artinya walaupun yang di bela itu dalam posisi yang salah, dia tetap akan membelanya sampai titik darah penghabisan.

Mungkin seperti inilah yang terjadi pada supporter Persebaya saat ini. Coba saja pikir, wong persebaya itu bukan lagi kesebelasan yang dominan juara, sering kalah lagi, nggak lagi garang seperti dulu, manajemennya menganut sistem kandang bubrah. Kok ya cik fanatik temen. Trus . Kalau menang suporternya dapat apa ? Cuman senang aja ditambah pesta kecil-kecilan panggang ayam. Itupun atas biaya sendiri alias urunan antar suporter.

Kemenangan sebuah tim tidak harus di rayakan secara spektakuler. Sekali lagi tidak. Cuma ini butuh pemahaman yang agak dalam mengenai “kebenaran”. Dan bentuk dukungan juga, masing-masing individu harus tahu sampai dimana harus mendukung. Harus tahu Ilmunya.

“Dan janganlah kamu ikuti sesuatu yang kamu tidak tahu ilmunya, sesungguhnya pendengaran, penglihaan dan hati akan di mintai pertanggungan jawab” firman Allah SWT.

Keputusan untuk “mendukung” harus tetap di seleksi. Dengan memberikan pertanyaan semacam. Apa sih dukungan itu ? Siapa sih yang akan saya dukung itu ? Trus kapan sih saya harus mendukung ? Dimana saya mesti kasih dukungan ? Dan bagaimana sih saya harus kasih dukungan ?

Kalau semuanya itu mendapatkan jawaban yang rasional. Sekali lagi rasional. Pasti juga akan menghasilkan dukungan yang rasional juga. Artinya cara berpikir yang rasional dan perilaku yang rasional akan menghasilkan sesuatu yang rasional pula dan di anggukkan oleh seluruh makhluk di jagad raya. (universal).

Misalnya, apa sih persebaya itu ? Kita dapat jawaban sebuah organisasi sepakbola ! ya sebuah organisasi sepak bola ! Kalau di teruskan dari mana sumber dananya jawabannya dari sponsor sebagian dan sebagian besar lagi dari APBD alias uang rakyat !

Trus. Siapa sih yang ada di dalamnya ? Pengurus, pemain, dll.? Jawabnya, orang orang yang rangkap jabatan bukan profesional dalam bidang bola. Ada eksekutif ada pula yang duduk di legislatif ! Kok orang-orang seperti ini ? Lha iya ,..agar lebih mudah pencairan dananya toh ? Lantas pemainnya gimana ? Kira2 mumpuni nggak ? Kalau nggak kenapa ?

Trus. Dimana kita mesti kasih dukungan ? Cukup di kandang sendiri atau harus ke kandang lawan juga kalau harus ke kandang apa untung ruginya ? Kalau di dukung ke kandang lawan bisa nggak mengangkat moral pemainnya ? Bisa pasti menang nggak ? Trus juga bagaimana bentuk cara memberikan dukungan di kandang lawan ? Haruskah dengan atribut dan tingkah laku yang berlebihan atau kadang kelewat batas? Atau dengan dukungan yang sopan dan berkepribadian ? Emang sulit ini soalnya ada korelasinya dengan tingkat pendidikan dan kedewasaan berpikir masing-masing anggota supporter dengan tingkah lakunya. Tapi mau gak mau cara dukungan seperti ini harus lah jadi pilihan utama.

Caranya ?

Harus di pikirkan bersama. Yang pasti supporter yang terdata harus steril dari anak2 kecil atau dari preman2 jalanan atau preman pasar atau terminal. Mereka yang mempunyai potensi berbuat onar harus berada di luar wadah supporter. Kalau mau maksa masuk anggota yo harus taati aturan dan harus rela untuk berpikir dan berperilaku seperti yang sudah di sepakati bersama. Dan setiap pemberangkatan supporter harus disertai rekomendasi organisasi dan aparat terkait. Dan jika ada supporter yang bertindak di luar batas supporter lain harus mencegah, bukan malah mendukung. Sanksi untuk supporter yang berbuat anarkis harus jelas.

Trus kapan kita harus mendukungnya ? Apa di waktu pertandingan saja atau pada waktu latihan juga atau mungkin harus setiap saat mendukung dengan motor dan atributnya trus keliling kota ? Sebab dukungan yang seperti ini nih, yang menyusahkan orang lain ! Mengganggu lalu lintas ! Membuat takut pengendara-pengendara perempuan dan ibu-ibu.

Trus bagaimana bentuk dukungannya ? Dengan berdandan sopan dan berperilaku sopan dan tetap menghargai lawan atau dengan dandanan gak karuan trus pakai motor protolan dan mumet2 kota bikin takut orang atau bagaimana ? Ini nih yang bener2 sulit ! Kebanyakan dari supporter “bonek” memang benar-benar “bonek” . Yang namanya bondo nekad. Yo gak duwe opo2 maneh selain tekad. Ironis memang ! Tapi selama persebaya tidak lepas dari tingkah laku supporternya yang sangat tidak sportif, selama itu pula persebaya tak akan pernah dapat “harga” dari supporter lawan di manapun mereka bertanding. Mutlak supporter harus berubah cara dukungannya. Sehingga pemain juga bisa main tanpa rasa takut baik di kandang sendiri maupun di kandang lawan.

“Bonek” harus di buang dan di kubur dalam-dalam yang ada hanyalah “Supportik” alias supporter yang simpatik. Yang sanggup mendukung kesebelasannya di waktu kalah maupun menang dengan cara yang wajar dan dalam batas-batas dukungan yang wajar pula. Kemenagan atau keunggulan sebuah tim tidak harus di jawab dengan kesombongan, ke arogansi an dan tingkah laku yang mencerminkan sebagai makhluk yang hanya bisa berbuat kerusakan.

Supporter dengan jumlah seperti itu adalah sebuah energi yang sangat besar, jika bisa di gunakan untuk hal yang positif pasti besar pula hasilnya. Tidak terkecuali juga untuk merehabilitasi image yang sudah terlanjur hancur, remuk atau tinggal puing-puing yang terpisah jauhpun, pasti akan bisa terealisasi sebuah proyek rehabilitasi image dalam bentuk dukungan supporter Persebaya yang simpatik untuk Persebaya sendiri dan masyarakat Surabaya umumnya.

“Inna sam`a wal bashara wal af`idah, kullun ulaika kana anhu mas`ula” firman Allah SWT.
“Sesunguhnya pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai pertanggung jawaban” kelak di akhir kehidupan dunia.

Viva Persebaya, viva supporter simpatiknya.

Tidak ada komentar: