Rabu, 10 Februari 2010

Kehidupan Dunia adalah kesenangan yang memperdayakan.

Kesenangan yang memperdayakan.

Kehidupan dunia ini kesenangan yang memperdayakan.

QS. Ali Imraan : 185.
“Kullun nafsin dzaa`iqatul maut, wa innama tuwaffauna ujuurakum yaumal qiyaamati, faman zuhziha `anin nari wa udkhilal jannata faqad faaz, wa maal hayaatud dunyaa illaa mata`ul ghuruuri”.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah di sempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”

Orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman pasti meyakini kalau akhirat itu benar adanya, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya dan mereka juga yakin sekali kalau ajal akan menjemputnya kapan saja tanpa bisa di ketahui sebabnya. Informasi itu semua ada dalam Al Qur`an, dan semua janji-janji Allah terhadap manusia juga ada di dalamnya.

Lantas apa persepsi kita tentang kehidupan dunia dan segala apa yang ada di dalamnya ini ? yang menurut informasi juga diciptakan untuk manusia ? Bisa dikatakan kita bahwa sejak kita bisa merasakan nikmatnya makanan dan segarnya air yang kita minum, sejak itu pula kita selalu memikirkan kapan bisa mengulangi kenikmatan-kenikmatan itu. Dan setiap kali kita melewati sesuatu yang menyebabkan kita menjadi senang, yang kita pikirkan adalah bagaimana kejadian dan suasana itu bisa terulang kembali.

Dunia dan segala yang ada di dalamnya yang bisa kita rasakan, seakan telah melekat erat dalam diri dan hati kita. Dan selalu kita ungkapkan dalam suatu keinginan-keinginan yang ber-ulang setiap harinya. Jujur saja, pada saat-saat kita merasakan nikmat dan merasakan kepuasan akibat dari suatu peristiwa, kebanyakan dari kita justru lupa pada Sang Pencipta yaitu Allah swt. Padahal kalau kita meyakini, semua kenikmatan-kenikmatan yang bisa kita rasakan semata-mata hanya dari Allah swt.

Lantas kenapa Allah mengingatkan kepada manusia bahwa kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan seperti ayat di atas. (QS.Ali Imraan 185).

Yang cuma sebentar dibanding dengan kehidupan akhirat dalam :

QS. An Nisaa` : 77.
“,....Qul mata`ud dunyaa qalilun wal akhiratu khairul limanit taqau walaa tuzhlamuuna fatiilan”
“,....kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan di aniaya sedikitpun”

Maksudnya segala apa yang disenangi dan dinikmati di dunia ini pasti akan kembali lenyap dan dibandingkan dengan kekekalan akhirat dan kesenangan-kesenangan yang dijanjikan olah Allah tidaklah sebanding. Kesenangan yang kita nikmati seumur hidup kita pun tidak akan bisa dibandingkan dengan lamanya periode akhirat yang lamanya ribuan, jutaan bahkan mungkin milyaran tahunnya bumi kita.

Hanya kesenangan yang sedikit di banding dengan kesenangan di akhirat.

QS. Ar Ra`d : 26.
“Allahu yabsuthur rizqa liman yasyaa`u wa yaqdiru, wa farihuu bil hayaatid dunyaa wa mal hayaatud dunyaa fil akhirati illaa mataa`un”
“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki, mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).

Mereka yang telah meraih apa yang bisa mereka raih di dunia ini biasanya menyombongkan diri dengan apa yang sudah diperolehnya. Mereka lupa bahwa semua apa yang telah mereka raih itu akan berakhir dan lenyap karena semua itu hanya bersifat sementara.

Hanyalah senda gurau dan main-main belaka.

QS. Al An`aam : 32.
“Wa mal hayatud dunyaa illa la`ibun wa lahwun, walad darul akhiratu khairul lillazdiina yattaquuna, afalaa ta`qiluun”
“Dan tidaklah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang betakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”

QS. Al `Ankabuut : 64.
“ Wa maa haadihil hayaatud dunyaa illa lahwun wa la`ibun, wa innad daaral akhirata lahiyal hayawaanu, lau kaanuu ya`lamuuna”
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan sendau gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.

QS. Muhammad : 36.
“Innamal hayaatud dunyaa laibun wa lahwun, wa in tu`minuu wa tattaquu yu`tikum ujuurakum wa laa yas`alkum amwaalakum”
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sendau gurau, dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu”

Sesungguhnyalah selama kehidupan manusia itu lebih banyak digunakan untuk sesuatu hal yang bersifat duniawi saja, tingkah laku dan bicaranya banyak sekali yang tidak mencerminkan amalan akhirat. Banyak dari apa yang di bicarakan hanya bersifat omong kosong dan hanya sekedar senda gurau saja, padahal orang yang akan meraih kemenangan akhirat itu salah satunya menjaga diri dari pembicaraan yang tak berguna. Langkah kakinya lebih banyak tidak di tujukan untuk beribadah sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk ibadah.

Suatu permainan yang melalaikan dan kesenangan yang menipu.

QS. Al Hadiid : 20.
“A`lamuu annamaal hayaatud dunyaa laibun wa lahwun wa ziinatun wa tafakhuru bainakum wa takatsurun fil amwaali wal aulaadi, kamatsali ghaitsin a`jabal kuffaara nabaatuhu tsumma yahiiju fataraahu mushfarraa tsumma yakuunu huthaaman, wa fil akhirati `adzaabun syadiidun wa maghfiratun minallahi wa ridhwaanun. Wa mal hayaatud dunyaa illa mata`ul ghuruuri”

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering, kemudian menjadi hancur, dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaaNya, dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Kekayaan berupa harta dan banyaknya anak-anak mereka tidaklah semakin mendekatkan mereka kepada Allah, tetapi semakin melalaikan mereka dari kesyukuran akan segala nikmat yang telah diperolehnya dari Allah, mereka lupa kalau segala sesuatu bisa diambil oleh Allah sewaktu-waktu tanpa mereka ketahui sebabnya.

Dan Allah juga memperingatkan kepada manusia agar jangan sekali-kali terpedaya oleh kehidupan dunia.

QS. Faathir : 5.
“Yaa`aiyuhan nasu inna wa`dallahi haqqun, falaa taghurran nakumul hayaatud dunyaa wa laa taghurran nakum billahil gharuuru”
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-sekali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-sekali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”

Itulah peringatan dari Allah, janganlah sekali-kali kehidupan dunia yang penuh tipu daya syaitan ini memperdaya kita semua, ambillah dari apa yang ada di dunia ini sekedar bisa untuk dipakai menjalankan ibadah, usahakan diri kita menjadi orang-orang yang bertakwa, janji Allah bagi orang yang bertakwa akan di teguhkan kedudukannya baik di dunia maupun di akhirat.

Jadikan kekayaan harta dan anak-anak kita adalah imbas dari ketakwaan yang kita usahakan, dan bukanlah merupakan tujuan hidup kita di dunia atau limpahan dari Allah yang berupa ujian atau cobaan yang kemudian akan menbawa diri kita ke jurang kehancuran akibat dari banyaknya harta-harta yang tidak tersalurkan sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu ber-jihad-lah dan usahakanlah diri dan keluarga kita untuk bisa menjadi hamba-hamba Allah yang setiap saat selalu bisa mengingatNya baik di waktu duduk, berdiri maupun di waktu berbaring kita. Dan nafkahkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kita dan akan menempatkan kita ke dalam surganya. Insya Allah bisa, karena setiap manusia diberikan sifat kehendak oleh Allah swt. Yang bisa kita gunakan untuk menuju kemana arah dan langkah kita untuk mendapatkan ridha nya Allah swt.

Amin Allahumma amin,....

Tidak ada komentar: