Kamis, 04 Februari 2010

Bonekmania, energi yang tak terkelola

BONEKMANIA 1


Energi yang tak terkelola.

Satu temuan manusia yang disinyalir sebagai pembentuk irama kehidupan. Tidak ada sesuatupun di alam semesta ini yang tak ada kaitannya dengan energi. Dari mulai matahari yang menghasilkan energi panas, lebih tepatnya yang memberikan energinya dengan mengorbankan diri kepada makhluk lain yang masih dalam batas jangkauanya, sampai pada minuman ringan yang mengandung zat-zat tertentu yang bisa membangkitkan semangat seseorang untuk tetap bisa melakukan aktifitasnya.

Sadar atau tidak irama kehidupan ini banyak di topang oleh keberadaan matahari yang di perintahkan oleh Allah untuk menyinari alam semesta sebatas kekuatannya. Tanpa adanya energi panas matahari tidak akan pernah ada kehidupan di muka bumi kita ini. Pendek kata, energi merupakan kebutuhan mutlak semua makhluk hidup di seluruh alam semesta.

Panas yang menghasilkan cahaya telah berperan aktif dalam proses fotosintesa tumbuh2an yang banyak menghasilkann oksigen di atmosfer bumi kita ini. Nah oksigen inilah yang dibutuhkan manusia untuk bisa tetap bernafas dan melakukan aktifitasnya.

Seperti juga kita. Masing-masing diri kita mempunyai energi sebagai penunjang aktifitas kita. Setiap orang mempunyai tingkat energi yang berbeda. Dan khusus pada diri manusia energi bisa berlipat karena motivasi. Motivasi yang sangat kuat, yang salah dalam penggunaanya juga bisa mengakibatkan kehancuran yang fatal. Kita masih ingat sejarah, hanya dengan kata “batuk sialan” yang telah diucapkan oleh seorang Napoleon Bonaparte telah dapat menggugah semangat pasukannya untuk melakukan pembunuhan masal terhadap sekitar 1200 tawanan pasukan Turki.

Dalam sejarah juga tercatat betapa energi yang besar yang dihasilkan dari gabungan energi individu yang bersatu bisa menggulingkan sebuah pemerintahan Filipina yang di pimpin oleh Presiden Marcos. Dan di Indonesia juga seperti itu di tahun 1998 lalu, dimana mahasiswa yang bergabung dengan rakyat yang begitu besar jumlahnya bisa juga menekan Kepala Pemerintahan untuk lengser.

Nah sekarang ini mobilisasi manusia tetep marak, kalau dulu mobilisasi umum untuk keperluan pembentukan pasukan perang, sekarang ini mobilisasi manusia untuk kepentingan demonstrasi. Macam-macam tujuannya. Sangat tergantung motivatornya atau aktor intelektualnya. Tapi yang kayak gini ini biasanya kalau nggak ada imbalan materi juga nggak bisa jalan sesuai rencana. Karena tidak ada “fanatisme” yang bisa membangkitakan semangat atau energi untuk masuk bergabung di dalamnya.

Trus. Apa yang bisa secara otomatis menarik minat individu untuk dengan sukarela masuk ke dalamnya. Yang kekuatannya tidak akan kalah dengan semangat perang membela negara atau semangat jihadnya pelaku bom bunuh diri ? Ternyata magnet yang paling besar itu adalah “sepak bola”.

Ya,.. sepakbola lah yang sekarang ini bisa memobilisasi supporter sampai ratusan ribu orang hanya dari satu kota sebesar Surabaya. Memang yang bisa masuk Stadion sekelas Stadion 10 Nopember Surabaya “hanya” sekitar 30 ribu orang. Kalaupun di paksakan bisa masuk sekitar 45 ribu orang. Tapi yang masih di luar stadion, yang tidak kebagian ticket dan yang enggan untuk masuk stadion karena malas berdesakan, jumlahnya mungkin lebih banyak. Cuma masalahnya sudahkan mereka terkelola dengan baik?.
Legalitas.

Kalau di lihat sejarahnya, kata “bonek” itu berawal dari para supporter Persebaya Surabaya yang nekad berangkat ke jakarta hanya untuk memberikan motivasi kesebelasan kesayangannya agar bisa menang dan menjadi juara dalam sebuah pertandingan final. Mereka ini kebanyakan hanya bermodalkan nekad saja. Dengan bekal yang minim dan pakaian seadanya mereka berangkat ke Stadion Senayan Jakarta (Gelora Bung Karno) yang jaraknya sekitar 850 km. Hasil akhirnya, Persebaya kalah !

Bisa ditebak apa yang terjadi di luar stadion setelah kekalahan Persebaya, supporter berbuat ulah ! Kekecewaan terhadap kekalahan kesebelasan kesayangannya itu telah menghilangkan akal sehat. Dengan melakukan perusakan di stasion kereta api dan memaksa penjual makanan untuk memberikan makanan gratis. Hal itu berlangsung sepanjang jalan. Hingga memaksa aparat dan pejabat terkait untuk turun langsung membantu akomodasi suporter itu di daerah masing-masing yang di lewati rombongan supporter tersebut. Ada yang membantu makanan dan minuman dan mengantar sampai ke Surabaya (TNI AL).

Setelah periode tersebut, bonek menjadi berita utama di penerbitan pers dan televisi. Entah kenapa kata”bonek” yang artinya “bondo nekad” ini seakan-akan bisa mereka jadikan sebuah kebanggaan untuk sebuah kesebelasan sekelas Persebaya. Sepertinya supporter merasa senang dan bangga kalau bisa masuk dalam kelompok supporter tersebut. Dengan pakaian hijau bergambar logo semangat pantang mundur. Mereka begitu bangga dan kayaknya mereka seakan membutuhkan semacam pengakuan atas keberadaanya. Mereka ingin meyakinkan kepada khalayak kalau bonek itu memang benar-benar ada dan nyata.

Dalam perjalanannya sampai saat ini sepak terjang bonek lebih banyak berkonotasi negatif. Sebab kesebelasan yang di dukungnya juga jarang bertengger di puncak klasemen pada tiap musimnya. Yang sudah hampir bisa di pastikan, kalau keberadaan supporter bonek ini dalam setiap lawatannya ke kota lain sangat sering membuat ulah yang tidak mengundang simpatik. Sehingga supporter lawanpun juga bersiap-siap membalas jika sampai terjadi apa apa. Hal ini mungkin sudah salah dari awalnya. Awal yang tidak mengundang simpatik dengan melakukan perusakan dan pemerasan kepada para pedagang makanan dan minuman telah secara otomatis melukai hati mereka dan menimbulkan dendam yang bisa turun temurun!.

Kalau sudah begitu untuk apakah sebuah pengakuan? Apalagi sebuah legalitas sebuah organisasi ?kiranya sangat perlu sekali untuk mengangkat sebuah diskusi tentang keberadaan “bonek” di tubuh organisasi sebesar Persebaya. Yang kiranya dapat membuat image yang negatif menjadi sebuah energi yang positif lagi besar. Yang kiranya akan bisa membuat motivasi pemain benar-benar berlipat ganda.

Tentunya dengan perubahan cara berpikir dan tingkah laku. Tidak ada lain.

Sekian dulu.

Tidak ada komentar: