Selasa, 16 Februari 2010

Sunnatullah &Takdir

Sunnatullah & Takdir.

Apakah Sunnatullah itu ? Sunnatullah adalah aturan main atau hukum-hukum yang bekerja di seluruh penjuru alam semesta. Suatu aturan main atau hukum yang tidak akan pernah berubah dari mulai dulu sampai nanti. Allah berkehendak untuk memberikan kepastian kepada makhluknya.

Hukum yang memberikan kepastian, seperti hukum sebab akibat, bahwa kalau kita melakukan sesuatu yang bersifat positif akan berakibat positif pula dan apabila kita melakukan sesuatu yang bersifat negatif akan berakibat sesuatu yang negatif pula. Dan Allah adalah maha pemurah kepada makhluknya.

Itulah ketentuan Allah, manusia yang terlahir sampai dia menemui ajalnya dia terikat oleh Sunatullah, dimana hal ini sangat berkaitan dengan permasalahan takdir yaitu rukun iman yang ke enam.

Takdir di bagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah qodar, yaitu ketentuan Allah yang sudah tidak dapat di ganggu gugat keberadaanya, seperti kita terlahir dengan dua kaki, dua tangan, mata, dan telinga, rambut di lahirkan di sini atau disana atau apapun yang berkaitan dengan penciptaan makhluk atau juga bisa di katakan sebagai suatu ketetapan yang mengikat. Yang kedua adalah Qada` yaitu suatu ketetapan yang bersifat bebas menentukannya , atau harus di usahakan atau di upayakan untuk memperolehnya.

Hal ini sangat terkait dengan sifat kehendak yang di berikan Allah kepada manusia, sebagai satu makhluk yang dikatakan paling sempurna dari makhluk yang sudah ada. Dengan di bekali akal sempurna yang menyebabkan manusia mempunyai keinginan-keinginan yang berbeda dengan makhluk yang lain. Menjadikan manusia sebagai makhluk yang berbudaya di karenakan akal yang sempurna tersebut.

Karena sifat kehendak yang ada pada diri manusia, manusia bisa menentukan sendiri masa depannya, baik itu masa depan kehidupan dunianya maupun masa depan akhiratnya. Manusia bisa menentukan ke arah mana langkahnya, dengan mempergunakan akal dan kehendak yang telah di anugerahkan oleh Allah kepadanya. Allah memberikan banyak pilihan kepada manusia terkait dengan qada` ini dan penerapannya sangat tergantung pada Sunnatullah yang telah ada dan di sediakan oleh Allah swt.

Dalam perkembangannya, persepsi mengenai takdir ini ada 2 (dua) keyakinan. Keyakinan yang pertama yaitu mereka yang mendasarkan pada beberapa ayat diantaranya :

QS. Ali Imraan : 145.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ
“Wa maa kaana linafsin `an tamuuta illa bi`idznillahi kitaaban mu`ajjalan,......”
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. ,......”

QS. Al A`raaf : 34.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ﴿٣٤﴾
“Wa likullin ummatin `ajalun, fa idzaa jaa`a ajaluhum laa yasta`khiruuna saa`atan wa laa yastaqdimuuna”
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”

QS. Al Hadiid : 22.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ ﴿٢٢﴾
“Maa ashaaba mim mushibatin fiil ardhi wa la fii anfusikum illa fii kitaabin min qabli an nabrahaa inna dzaalika alallahi yasiirun”
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

QS. At Taubah : 51.
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ ﴿٥١﴾
“Qul lan yushibanaa illa maa kataballahu lana huwa maulaanaa wa alallahi fal yatawakkalil mu`minuuna”
“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."

Ayat-ayat itulah yang mempersepsi pikiran mereka bahwa Islam mengajarkan pasrah total kepada apa yang telah dan akan menimpa mereka tanpa ada usaha untuk menghindarkan diri dari padanya. Mereka memasrahkan diri sepenuhnya kepada nasib dan mengesampingkan kehendak.

Usaha atau ikhtiar bagi mereka adalah upaya yang sangat relatif dan hasilnya sangat sedikit kemungkinannya sesuai dengan harapan. Sikap yang seperti inilah yang mendukung pembenaran teori bahwa : Manusia itu produk lingkungannya. Ini sudah dianut oleh banyak orang bahkan anggapan itu sampai sat ini masih kental sekali dalam pikiran sebagian masyarakat. Yang menyebabkan secara psikologis mereka menjadi tidak mau lagi mengusahakan suatu perubahan terhadap dirinya dengan lebih keras, bahkan mereka cenderung untuk bermalas-malasan.

Kita yakin bahwa Allah itu Maha adil, tetapi jika berpikir bahwa orang yang sesat adalah sengaja di sesatkan oleh Allah sejak awal adalah menjadi tidak adil. Kita punya kehendak, maka barang siapa yang sesat berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Kita diberi kehendak oleh Allah dan kita diberi kebebasan untuk menentukan jalan kita melalui hukum alam yang telah disediakan yaitu Sunnatullah.

Keyakinan yang ke dua yaitu mereka yang mendasarkan pada beberaapa ayat di bawah ini,

QS. Asy Syuura : 30.
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾
“Wa maa ashabakum min mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya`fuu an katssirin”
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”


QS. An Nisaa` : 79.
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ
“ Maa ashaabaka min hasanatin fa minallah wa maa ashaabaka min saiyiatin fa min nafsika,....
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. ,.....”

Dua ayat di atas memberikan makna buat kita bahwa ada keterlibatan dari diri manusia sendiri atas segala musibah atau sesuatu yang negatif yang menimpa diri mereka, sedangkan semua nikmat datangnya dari Allah memang tidak bisa disangkal karena Allahlah yang telah memberikan kepada kita Sunnatullah atau hukum alam yang bisa berakibat baik atau buruk bagi pelakunya. Sangat rasional atau bisa diterima oleh akal.

QS. An Najm : 39.
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾
“Wa an laisa lin insaani illa maa saa`aa”
“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,”

QS. An Najm : 40.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ﴿٤٠﴾
“Wa anna sa`yahu saufa yuraa”
“dan bahwasannya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

QS. An Najm : 41
ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ ﴿٤١﴾
“Tsumma yujzahul jazaa`al aufaa.”
“Kemudian akan diberikan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”

Ayat inilah yang mengajak pada setiap manusia untuk mengusahakan apa saja yang menuju kearah yang lebih baik dengan iradat atau kehendak yang telah disertakan kepada setiap diri kita oleh Allah swt. karena dalam satu ayat Allah juga berfirman :

QS. Ar Ra`d : 11.
ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
“ ,.....Innallaha laa yughaiyiru maa bi qaumin hattaa yughaiyiru maa bi anfusihim,......”
“Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merobah keadaan yang ada diri mereka sendiri,..... “

Ayat-ayat di atas semakin memperjelas buat kita, bahwa ketentuan Allah atas diri manusia yang berkaitan dengan hasil adalah harus di upayakan atau harus di usahakan dengan sungguh-sungguh. Kemudian barulah bertawakal kepada Allah atas segala apa yang akan di terima dari upaya-upaya tersebut.

Menyerahkan semua hasil upaya yang telah dilakukan kepada Allah adalah sangat penting. Bahkan sesuatu yang sangat di anjurkan, karena Allah lah yang mempunyai kuasa atas segala apa yang akan di berikan kepada hambanya melalui hukum alamNya. Juga merupakan salah ciri-ciri orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman. Dan agar manusia tidak terlarut dalam kekecewaan yang sangat dalam apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya, Allah akan memberikan cobaan atau ujian kepada hambanya, untuk mengetahui, siapa diantara manusia yang sabar dan yang paling baik amalnya. Dan kemudian Allah akan memberikan balasan yang sempurna kepada mereka.

Keyakinan seperti ini juga di kuatkan dengan beberapa ayat yang memberikan informasi kepada kita, bahwa Allah akan mengabulkan do`a kita asal semua ketentuan-ketentuan tentang terkabulnya do`a itu semua dipenuhi.

Qs. Al Baqarah 186.
ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾
“,....Ujiibu da`watad daa`i idza da`an, fal yastajiibuuli wal yu`minuubi la`allahum yarsyuduuna”
“,....Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Qs. Al Mu`min : 60.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
“Wa qaalaa rabbukumud `uunii astajib lakum, innal ladziina yastakbiruuna `an `ibaadati sayad khuluuna jahannama daakhiriina.”
",....Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan do`a-do`a kita. Apa saja yang kita minta asalkan semua ketentuan-ketentuan tentang terkabulnya do`a kita penuhi. Dan dalam satu ayat Allah juga memerintahkan kepada kita untuk berdo`a atau meminta dengan disertai kesabaran. Sabar dalam menunggu terkabulnya do`a-do`a kita dan tetap menjalankan shalat. Di ayat lain Allah berfirman : Dan yang demikian itu sungguh berat , kecuali bagi orang-orang yang khusyu`. Yang bagaimanakah orang yang khusyu` itu ? Yaitu orang-orang yang yakin akan pertemuan dengan Tuhannya dan yakin bahwa mereka akan kembali kepadaNya.

Oleh karena itu, janganlah kita berputus harapan dari rahmat Allah, marilah selalu berusaha untuk memperoleh ketentuan Allah yang lebih baik dari saat ini, dan tetaplah untuk selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun, berbuat baiklah terhadap sesama seperti Allah sudah berbuat baik kepada kita dan janganlah melakukan kerusakan di muka bumi, karena Allah tidak suka terhadap orang-orang yang selalu berbuat kerusakan.

Tidak ada komentar: