Selasa, 09 Februari 2010

Mereka yang terlalu mencintai dunia

Mereka yang mencintai dunia.

QS. Ali Imraan : 14.

“Zuyyina linnasi hubbusy syahawaati minan nisaa`i wal baniina wal qanathiiril muqantharati minadz dzahabi wal fidhdhati wal khailil musawwamati wal an`aami wal hartsi, dzaalika mataa`ul hayaatid dunyaa, wallahu indahu husnul ma`abi”

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).”

Pernahkah anda mengenal seseorang yang begitu mencintai istrinya, mencintai anak-anaknya, mencintai harta bendanya ? Bahkan begitu mencintai kehidupannya hingga ketakutannya akan kematian itu begitu besar sekali. Bagaimanakah kira-kira kehidupan beragama orang tersebut ?

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita, mungkin kita akan menemukan seseorang seperti yang telah digambarkan diatas, yang paling sering kita banyak menemui pada cerita-cerita sinetron di beberapa stasion televisi yang ada di negeri kita. Pada hampir setiap cerita ada beberapa tokoh yang menggambarkan seseorang yang begitu mencintai dunia dan segala yang ada, melebihi cintanya kepada Sang Pencipta dirinya bahkan Sang Pencipta Alam Semesta !

Lantas kira-kira seberapa banyakkah orang-orang seperti itu ? Jujur saja kita tidak bisa menghitungnya, kenapa ? Sulit sekali menghakimi seseorang sebagai orang yang terlalu mencintai dunia hanya mengenal dari lahirnya saja, sementara kita tidak pernah tahu seberapa agamis seseorang itu. Tapi tidak kita pungkiri juga kalau orang-orang seperti itu memang benar-benar ada dan mungkin banyak juga. Dan kalau benar-benar di amati akan terlihat juga mereka. Dari gaya hidup dan tingkah lakunya dalam bermasyarakat mungkin akan lebih mudah di amati.

Saat ini betapa banyak orang kaya yang kehidupan agamanya terlihat khusyu` dan itu membuat kagum saya secara pribadi dan begitu banyak pula orang kaya yang kehidupan agamanya hanya sebatas label saja. Mereka dengan mudah hidup dengan judi, dengan wanita-wanita, dengan obat-obat terlarang, dan mereka identik dengan kehidupan malam yang menggambarkan kesenangan dan hura-hura saja. Mereka terlihat jauh dengan ajaran agamanya.

Agama seolah-olah hanya sebagai formalitas belaka, yang tidak perlu mendapat tempat utama di hatinya, agama hanyalah aturan yang benar-benar mengikat kebebasan mereka, mengebiri keinginan-keinginan mereka, membatasi segala gerak langkah mereka, dan terakhir agama merupakan beban yang berat bagi mereka.

Bagi mereka dunia dan segala apa yang ada inilah yang nyata, akhirat bagi mereka sesuatu yang belum bisa di pastikan keberadaannya, sehingga mereka tidak perlu berpikir masalah akhirat. Mereka benar-benar lalai akan kehidupan akhirat. Asalkan sudah ada label agama di kartu identitasnya, mereka merasa sudah menjadi orang beriman seperti berimannya orang-orang yang taat menjalankan perintah agamanya.

Anggapan seperti inilah yang menyebabkan mereka mengejar kesenangan dunia ini seakan-akan mereka akan mati besok harinya. Mereka mengusahakan diri menjadi kaya harta benda, yang dengannya nanti mereka bisa memenuhi segala apa saja yang mereka inginkan. Semangat kerja mereka begitu tinggi mungkin juga mereka punya prinsip : muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga ? Ya ! masuk surga ! yang surga itu sendiri sebenarnya masih samar bagi pikiran dan hati mereka.

Di jelaskan oleh firman Allah swt. dalam :

QS. Ar Ruum : 7

“Ya`lamuuna zhaahiran minal hayaatid dunyaa wa hum `anil akhirati hum ghafiluun”
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia ; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”

Mereka menyatakan dirinya beriman, tetapi perilaku hidup mereka tidak menunjukkan seperti orang yang ber-Iman, bahkan bisa dikatakan mereka itu telah ingkar atas Iman yang telah mereka ikrarkan. Kecintaan mereka pada dunia dan segala yang ada pada dunia telah melampaui batas. Sampai-sampai tidak ada waktu buat mereka untuk berpikir masalah akhirat dan segala konsekwensinya.

Bagi orang-orang seperti ini Allah memberikan gambaran dalam beberapa ayat :

QS. An Nahl : 106 – 108.

“Man kafara billahi min ba`di `iimanihi, illa man `ukriha wa qalbuhu muthma`innu bil `imaani wa laakin man syarraha bil kufri shadran fa alihim ghadhabun minallahi wa lahum adzaabun adzhiim”

“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang di paksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar “

“Dzaalika bi`annahumus tahabbul hayatad dunyaa alaal akhirati wa annallha laa yahdil qaumal kaafiriin”

“Yang demikian itu di sebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir”

“Ulaa`ikal ladziina thaba`allahu alaa quluubihim wa sam`ihim wa abshaarihim, wa ulaa`ika humul ghaafiluun”

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Dan di ayat lain :

QS. An Nazi`at : 37 – 39.

“fa`ammaa man thaghaa”

“Adapun orang yang melampaui batas,

“wa `atsaral hayatad dunyaa”

“Dan lebih mengutamakan dunia,

“fa`innal jahiima hiyal ma`waa”

“maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).

Maka sudah sepatutnyalah kita perlu untuk mengetahui siapa yang telah menciptakan diri kita, dan untuk apalah kita diciptakan, karena Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Bagi mereka yang meng-Iman-i Allah dan selalu mengamati, meneliti, tentang tanda-tanda eksistensinya Allah, pasti akan sampai pada kesimpulan : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.



Tidak ada komentar: