Minggu, 07 Februari 2010

Tak ada paksaan dalam agama Islam

Laa ikraaha fiid diin,..

Jihad fii sabilillah..

Arti sebenarnya kata di atas berjuang demi Allah. Kata semacam motto ini awalnya muncul saat pengiriman pasukan pertama muslimin pimpinan Abdullah bin Jahsy yang banyak mengundang kontroversi dari kalangan non muslim pada saat itu. Pembentukan satuan-satuan perang tersebut bukanlah tanpa alasan. Bahkan alasannya sangat logis dan tidak bisa di sangkal oleh akal siapapun.

Sebagai agama baru yang ingin tetap bertahan dan bisa berkembang. Islam harus melakukan sesuatu, yang walaupun pahit dan mendapatkan intimidasi dari kalangan non muslim saat itu, tetap sesuatu itu harus dilakukan. Islam lahir bukanlah sebagai agama yang menganjurkan perang. Islam lahir dengan ketulusan untuk melakukan perubahan terhadap keberadaan kemusrikan yang ada pada saat itu, serta berusaha untuk mengikis kebodohan (jahiliyah). Meluruskan kebengkokan-kebengkokan dalam agama yang terjadi saat itu.

Satuan-satuan perang kaum muslimin terbentuk secara naluriah, sebagai kaum yang telah mengalami penderitaan yang hebat, yang tidak saja berupa penyiksaan secara fisik, juga pengusiran dari kampung halaman mereka sendiri. Bahkan mereka tidak lagi diperbolehkan untuk masuk ke Masjidilharam. Penderitaan yang amat hebat, yang terlalu sulit untuk bisa dihapus dari ingatan.

Demi pembelaan diri keluarlah ketentuan, barang siapa melihat orang lain mencoba membujuk, menghasut atau memfitnah orang dari agamanya dan menghalangi orang dari jalan Allah, ia harus berjuang demi Allah melawan fitnah itu sampai agama dapat di selamatkan.

Dari sinilah permasalahan mulai timbul, kalangan non muslim angkat suara keras-keras : “Lihatlah Tuan-tuan, Muhammad dan agamanya menganjurkan orang untuk berperang dan berjuang demi Allah atau memaksa orang masuk Islam dengan pedang. Bukahkah ini yang namanya fanatik? Sedangkan agama Kristen tidak mengenal perang dan membenci perang. Sebaliknya malah menganjurkan toleransi, memperkuat tali persaudaraan antara sesama manusia, untuk Tuhan dan untuk Yesus”

Mereka berkata, bahwa Muhammad dan agamanya menganjurkan perang dan memaksa orang masuk Islam dengan pedang, adalah suatu kebohongan besar. Kata-kata mereka itu di tolak oleh Qur`an dalam surat :

QS. Al Baqarah : 256.

“Laa ikraaha fiid diini qad tabayyanar rusydu minal ghayyii,....”
“Tak ada pemaksaan dalam soal agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat,....”

QS. Al Baqarah : 190.

“Wa qaatiluu fii sabiilillahil ladziina yuqaatiluunakum wa laa ta`taduu, innallaha laa yuhibbul mu`tadiin”
“Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tetapi janganlah melanggar batas, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”

Mereka lupa kalau dalam kitab Perjanjian Baru mereka sendiri ada satu ayat yang berbunyi :
“Jangan kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi, aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang,.......”

Misi- misi penginjil itu mengatakan : “Tetapi jiwa Kristen secara mutlak menjauhkan diri dari perang “.
tetapi sejarah Kristen adalah sejarah yang jujur, dan sejarah Islam juga saksi sejarah yang jujur. Dari mulai sejarah Kristen sampai sejarah Islam di masa sekarang ini seluruh penjuru bumi telah berlumuran darah atas nama Yesus Kristus. Perang yang dilakukan oleh bangsa Rumawi dan bangsa-bangsa Eropa dengan mengalirkan pasukan-pasukannya ke daerah-daerah Islam di Timur. Hal itu berlangsung selama ratusan tahun. Atas nama Perang Salib , peperangan, pembunuhan, pertumpahan darah telah terjadi di mana-mana.sampai dengan saat ini perang itupun juga masih berlangsung di gaza, Palestina, Irak dan Afganistan.

Perang di dalam Islam adalah perang untuk mempertahankan keyakinan, dengan menggunakan senjata apabila mereka yang memerangi juga menggunakan senjata dan dengan hujjah dan logika apabila mereka menggunakan propaganda untuk membujuk orang lain dari keyakinannya untuk masuk ke dalam agama mereka.

Senjata di gunakan tak lain adalah harga diri manusia tersimpul hanya pada sebuah kata saja yaitu : akidahnya. Akidah lebih berharga bagi orang yang mengenal arti nilai “manusia”. Ke-manusia-an lebih berharga dari pada harta kekayaan, kekuasaan bahkan hidupnya sendiri.

Akidah adalah suatu ikatan moral antara manusia dengan manusia. Dan ikatan rohani antara manusia dengan Tuhannya. Inilah yang membuat manusia mempunyai kelebihan atas makhluk yang lain. Mereka mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Ia mengutamakan mereka yang hidup sengsara atau miskin dari pada keluarganya sendiri, meskipun keluarganya sedang dalam kekurangan. Mereka mengadakan komunikasi dengan alam, bekerja dengan tekun agar dapat mengantarkannya kepada kesempurnaan hidup seperti yang sudah diberikan oleh Allah kepadanya.

Akidah semacam inilah yang melekat pada diri Rasulullah dan para sahabatnya sehingga mereka akan membela saudara-saudaranya apabila saudara-saudaranya tersebut mendapatkan kehinaan atau ketidak adilan. Itulah Islam, agama kodrat. Bukan agama ilusi dan khayal.

Islam yang di bawa oleh Rasulullah ini adalah agama yang di dasarkan pada kebenaran, kebebasan dan disiplin dalam menjalankannya. Perang itu sendiri juga merupakan kodrat manusia. Oleh karena itu, membersihkan dan memperbaiki pandangan/pikiran atau konsep mengenai perang dalam jiwa kita adalah menjadi sangat penting. Inilah yang di lakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya setelah keadaan di Madinah mulai stabil.

Dan langkah terbaik dalam mengawasi konsep perang ini adalah, hendaknya jangan sampai terjadi perang, kecuali hanya untuk membela diri, membela keyakinan dan membela kebebasan berpikir. Harga diri sebagai manusia haruslah di tempatkan pada tempat teratas dan benar-benar dapat di pelihara dengan baik. Ingat ! “Kamu semua adalah umat terbaik yang pernah di lahirkan untuk manusia”

Sekian.

Reff: Sejarah Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar: