Sunnatullah
Dunia ini panggung sandiwara,......
Mengapa kita bersandiwara,....?
Ingat penggalan syair itu ?
Yo..., lagunya Achmad Albar dengan God Bless-nya. Lantas kira-kira kita pernah nggak ya mencoba untuk menggali makna yang terkandung di dalamnya ? Kira-kira apa ya yang tersirat dalam syair itu ? Apakah benar dunia ini Panggung Sandiwara ?
Jawabnya ? Bisa benar bisa nggak benar ! Lho kok ? Lha iya,.. tergantung kita melihatnya dari sisi mana ! Mari kita coba renungkan sebentar,..
Dunia ini Panggung Sandiwara. Makna sederhananya, Dunia ini tempat manusia bersandiwara. Dalam bahasa yang lebih vulgar, bisa diartikan sebagai tempat manusia dalam melakukan berbagai macam kebohongan. Mungkin pendekatan ini yang lebih benar.
Dunia ini Panggung Sandiwara. Kalau dimaknai dari sisi kehendak manusia, dan mengabaikan kehendak Allah SWT ya memang sepertinya benar. Karena memang banyak manusia di dunia ini bersandiwara dalam menjalani hidupnya. Padahal sandiwara itu kan bohong-bohongan ? Berarti bisa juga kan mereka yang bersandiwara itu di klasifikasikan dalam kelompok manusia yang hidup dalam kebohongan ?
Dunia ini Panggung Sandiwara. Kalau di lihat dari perspektif agama, pasti ada Allah SWT yang terlibat di dalamnya. Kalau kita mengatakan kehidupan kita di dunia ini hanyalah seperti menjalani peran yang sudah di tentukan, seperti memainkan peran dalam sebuah sandiwara atau sinetron yang sudah terkonsep oleh seorang sutradara dan kita tinggal menjalaninya saja, berarti kita harus membahas lebih dalam lagi mengenai “konsep kehidupan” dari sudut agama kita. Islam.
Bagaikan jembatan kehidupan,,.......Mengapa kita bersandiwara.
Hidup. Tak satupun dari kita yang pernah menghendaki hidup di dunia ini. Karena kelahiran dan kehidupan kita ini mutlak kehendak Allah SWT. Dalam Qur`an Surat An Nahl ayat 78 dijelaskan :
“Wallahu akhrajakum mim buthuuni um`mahaatikum laa ta`lamuuna syai`an,......”
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,......”
Ayat tersebut sebenarnya merupakan ayat perintah kepada manusia untuk bersyukur, sebab kesyukurane menungso ning Allah SWT iku mung sa`ithik banget, biasane cuma dimulut saja, padahal nikmat yang diterima begitu banyak dan tak bisa di hitung. Tetapi memang, kelahiran dan kehidupan kita di dunia ini mutlak kehendak Allah SWT. Kita tak pernah punya keinginan untuk dilahirkan. Dan tak pernah tahu untuk apa kita ini di hidupkan sampai kita menginjak kedewasaan, sampai kita mau mencari “apa arti kehidupan”
Manusia yang terlahir, sampai dia menemui ajalnya, dia telah terikat oleh Sunnatullah. Apakah Sunnatullah itu ? Sunnatullah adalah aturan main atau hukum-hukum yang bekerja di seluruh penjuru alam semesta. Suatu aturan main atau hukum yang tidak akan pernah berubah dari mulai dulu sampai nanti. Allah berkehendak untuk memberikan kepastian kepada makhluknya.
Hukum yang memberikan kepastian, seperti hukum sebab akibat, bahwa kalau kita melakukan sesuatu yang bersifat positif akan berakibat positif pula dan apabila kita melakukan sesuatu yang bersifat negatif akan berakibat sesuatu yang negatif pula. Dan Allah adalah maha pemurah kepada makhluknya.
Apabila seseorang melakukan sesuatu yang baik, maka Allah akan melipat gandakan kebaikan itu, dan apabila seseorang melakukan perbuatan yang jelek maka dia tidak akan di berikan balasan kecuali sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Dan Allah tidak akan pernah merugikan makhluknya.
QS. Al An`aam : 132.
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang di kerjakannya, Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
QS. Al An`aam : 160.
“Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (balasan) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa membawa amalan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Makna yang hampir sama juga ada di QS, Al Qashash ayat 84. Demikian Allah menetapkan hukum alam dan kehidupan serta disebarluaskanya ke seluruh penjuru alam semesta dalam bentuk realitas dan persepsi. Realitasnya terhampar di sekeliling kita dan persepsinya di simpulkan oleh akal kecerdasan manusia.
Benarkah kehidupan ini sebuah sandiwara kolosal ? Bisakah di bandingkan dengan sinetron yang setiap hari ditayangkan oleh setan kotak (televisi) ?
Jelas bukan ! Yang namanya sandiwara itu ya bohong-bohongan, marahnya bohong, baiknya bohong, jahatnya bohong, mukulnya ya bohong, sakitnya juga bohong bahkan misinyapun juga bohong ! Sebuah Profit Bisnis yang berlindung di bawah payung “karya seni”.
Sinetron, seluruh pemainnya sudah di setting seperti yang ada di script nya, harus ber-acting seperti yang sudah di tentukan dan di sepakati sutradara. Disini pelaku nggak punyak kehendak sama sekali. Bahkan kalau melenceng akan merusak alur cerita. Beda banget dengan kehidupan yang kita jalani sekarang ini. Kita diberi kebebasan untuk berkreasi menurut kemauan kita. Dan untuk itu Allah memberikan kepada kita Sunnatullah tadi.
Yang membedakan kalau sandiwara tidak akan berpengaruh apa-apa bagi pelakunya jika episode nya sudah berakhir. Tetapi tidak dengan kehidupan manusia. Masih ada lagi satu episode yang tak kalah serunya. Ini haq. Bagi siapa saja yang merasa mengenggam Iman, seluruh isi al Qur`an merupakan petunjuk dan pelajaran yang haq. Informasi di dalamnya yang berkaitan dengan surga dan neraka pun juga haq. Dan akhirat merupakan kesudahan bagi pemain-pemain seperti kita ini. Sangat tergantung dengan apa yang telah kita usahakan selama hidup di dunia.
Bagaikan jembatan kehidupan,....... tentunya kehidupan sesudah mati !
To Be Continue in part 2
Minggu, 07 Februari 2010
Sunnatullah part 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar