Untuk apa kita bekerja ?
Masih ingat waktu kita melamar pekerjaan di suatu perusahaan ? Kadang kita di tanya : Menurut anda apa sih kerja itu ? Dan untuk apakah anda bekerja ?
Mayoritas dari mereka yang di tanya untuk apakah anda bekerja? Mereka menjawab untuk mencari uang atau penghasilan ! Benar dan bisa di terima. Ada yang menjawab, supaya ada kegiatan Pak! Dari pada nganggur ! Ya, kalau di pikir-pikir ini juga ada benarnya. Ada yang menjawab untuk mencari pengalaman Pak ! Juga ada benarnya, sebab pada jenjang atau tingkatan tertentu pengalaman kerja sangatlah dibutuhkan. Terutama bagi perusahaan yang mencari tenaga kerja yang sudah siap bekerja tanpa harus mendidik dulu. Ada sebagian kecil yang menjawab untuk Ibadah Pak ! Nah yang terakhir ini masih perlu di buktikan kebenaran jawabannya dan ketulusannya dalam mengabdi di tempat kerjanya.
Seluruh jawaban dari semua pelamar tersebut hanyalah sebagai tujuan dan motivasi awal, kecuali jawaban terakhir yang melibatkan Allah SWT. Entah karena memang belum tahu makna dari suatu “kerja” ataukah memang asal menjawab saja dari pikiran yang melintas saat menerima pertanyaan seperti itu. Yang jelas tujuan mereka ada persamaannya yang mendasar yaitu : untuk mengubah keadaan dari keadaan yang “diam” menjadi keadaan yang “bergerak”. Dari status penganguran menuju ke status Karyawan !
Dan kita tahu bahwa setiap “gerak” memerlukan daya atau power, yang bisa dipenuhi dengan asupan “makanan”. Nah imbalan dari barter power yang telah di keluarkan itulah yang akan bisa untuk memenuhi kebutuhan asupan “makanan” tersebut. Jika ada kelebihan barulah mereka bisa berpikir untuk “kebutuhan” yang lain.
Jadi untuk apa sih sebenarnya kita bekerja ? Masih juga relatif jawabannya ! Tergantung orientasi masing-masing individu. Pertama mereka yang berorientasi sukses di dunia saja, kedua sukses akhiratnya dan ketiga sukses dunia dan sukses akhiratnya.
Sukses kehidupan dunia.
Bagi mereka yang ingin meraih sukses di kehidupan dunia dan kaya menjadi tujuan utama, pasti mereka akan mengusakan dengan mati-matian. Obsesi mereka adalah harus bisa mencapai kesuksesan, seperti yang telah dicapai orang lain. Motto mereka “Bisa” dan “Harus bisa”. Bagaimanapun cara atau metode yang akan di gunakan, pokoknya “harus bisa” meraih kesuksesan itu. Tak perduli dengan cara halal atau yang di haramkan oleh Agama, mereka juga berpendapat, mencari yang haram saja begitu sulit apalagi yang halal ?
Bahkan ada buku yang berjudul “Miskin itu dosa”, buku ini karangan motivator yang jasanya banyak di pakai oleh perusahaan-perusahaan. Buku inipun bisa di jadikan motivasi buat mereka yang mengutamakan kesuksesan kehidupan dunia.
Disamping itu juga masih ada sisi lain yang bisa menjadikan motivasi meningkat, diantaranya buku-buku biografi atau otobiografi yang “hanya” membahas tentang kesuksesan seseorang dari mulai awal sampai punya rumah, mobil, perusahaan, kapal, pesawat, bahkan pulau-pulau juga punya. Buku buku ini memang merangsang, bisa mempengaruhi pikiran seseorang, bahkan bisa membalik seseorang yang tadinya sudah “loyo”, bangkit semangatnya.
Kita bisa melihat di banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang “Trading” terutama untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari yang didatangkan dari negara lain. Mereka mempunyai motivator motivator yang handal. Tak lain hanyalah untuk memotivasi karyawan-karyawannya agar bisa menjual dengan kuantitas produk yang maksimal, dengan insentif-insentif yang bervariasi untuk masing-masing level, mereka “berjuang” untuk bisa membangkitkan semangat rekan-rekan kerjanya dengan iming-iming Insentif yang besar, training ke luar negeri, bonus wisata ke luar negeri, dengan berbagai contoh yang entah benar atau tidak, dari salah satu anggota sales mereka yang telah berhasil meraih semua kesuksesan-kesuksesan dalam bidang materi, baik mobil, rumah mewah, deposit yang wah jumlahnya.
Dan jika memang di usahakan dengan benar-benar bukan tidak mungkin semua itu akan teralisasi, karena apa? Tak lain karena Allah Maha Pengasih , Allah akan memberi kepada siapa saja yang membutuhkan kenikmatan dunia, asal dia mau mengusahakannya untuk itu.
Dan mereka yang masuk dalam kelompok sukses dunia ini, tidak memperdulikan kehidupan akhiratnya bahkan, untuk meyakini bahwa akhirat itu benar adanyapun mereka masih ragu-ragu. Yang ada di benak mereka adalah materi, kekayaan, yang dengan itu semua mereka dapat memenuhi semua kebutuhan yang terkait dengan kemewahan hidup. Mereka menganggap inilah hidup yang sebenarnya. Mereka menganggap inilah surga yang sebenarnya. Akhirat itu urusan belakang ! tidak perlu diusahakan ! Motto mereka Muda foya-foya, Tua kaya raya, Mati masuk surga ! Luar biasa !!!
Sukses kehidupan akhirat.
Mereka yang termasuk kelompok yang kedua ini menganggap bahwa, dunia dengan segala gemerlapnya ini bukanlah satu-satunya tujuan, mereka yakin masih ada tujuan yang lebih penting dari sekedar hanya kebutuhan dunia. Bisa di katakan mereka yang termasuk dalam kelompok ini mempunyai jalan yang terbalik dengan kelompok pertama. Kedua kelompok itu berbeda mind set. Yang satu surga dunia satunya surga akhirat.
Perbedaan yang 180 derajat ini menyebabkan perbedaan yang juga sangat berlawanan dalam mengusahakannya, mereka yang termasuk kelompok ini akan berusaha untuk selalu berada dalam garis garis ketentuan syariat-syariat agama yang di anutnya. Bagi mereka kenikmatan dunia ini tidaklah harus di usahakan sedemikian rupa hingga , sampai melupakan kodrat penciptaan diri kita sendiri, sebagai makhluk ibadah atau sebagai makhluk yang wajib menghamba kepada Allah yang telah menciptakannya.
Bagi mereka ini kenikmatan dunia ini tidaklah bisa dibandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan yang akan mereka peroleh di akhirat nanti. Mereka menganggap dunia ini hanyalah sebagai jembatan untuk menuju ke kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang lebih baik, yang lebih kekal, yang lebih indah dan lebih nikmat dari sekedar kehidupan dunia yang kalau di hitung tidak akan pernah dinikmati lebih dari 100 tahun.
Bagi mereka kehidupan ini hanyalah kesenangan yang menipu, yang menipu mata, telinga dan hati kita terhadap suatu kesenangan dan kenikmatan yang ada pada kehidupan setelah mati yang jauh lebih menjanjikan. Maka dari itu mereka ini hanyalah mengusahakan dunia ini hanya sekedar untuk memenuhi keperluan. Mereka merasa tidak perlu menyimpan materi secara berlebihan, sekedar bisa untuk makan dan hidup secara sederhana, asal bisa tetap tegak berdiri untuk menjalankan perintah Tuhannya dari waktu ke waktu sudahlah cukup.
Mereka jarang terlihat berada di tengah tengah kerumunan karyawan yang aktif ataupun terlibat dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan kalaupun terlihat merekapun termasuk golongan anggota-anggota yang pasif, yang jarang mau melibatkan diri pada perdebatan yang mereka anggap tidak berguna atau lebih banyak berbicara masalah duniawi saja. Mereka merasa lebih baik untuk menambah pengetahuan yang berkaitan dengan masalah-masalah akhirat dan selalu mengusahakannya untuk itu.
Bagi mereka hidup tidak usah terlalu lama asal tetap berada pada jalan yang digariskan oleh Allah melalui kitab suci, mereka tidak akan khawatir akan kehidupan selanjutnya. Mereka juga beranggapan hidup lama tetapi tidak berarti juga akan membuat kita semakin berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu mereka tidak pernah takut akan “kematian” yang setiap saat dapat merenggutnya. Bagi sebagian dari mereka, hidup merupakan siksaan, dimana untuk meraih semuanya itu harus susah payah untuk mendapatkannya, sedangkan semua hasil yang di nikmatinya ternyata hanya semu belaka. Tak lebih dari panjang umur kita. Sekitar 50 tahun tidak sebanding dengan waktu akhirat yang jutaan tahun bahkan mungkin milyaran tahun.
To be continue in part 2,
Minggu, 07 Februari 2010
Untuk apa kita bekerja ? part 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar